Mereka memiliki jam sekolah paling sedikit di dunia tetapi pendidikan mereka sangat maju. Bagi negara ini, jam belajar di sekolah yang lebih pagi sangat berdampak buruk terhadap kesehatan, kebahagiaan, dan tingkat kematangan siswa.
Waktu masuk sekolah Finlandia berbanding terbalik dengan negara-negara Asia Timur yang sangat ketat soal belajar.
Anak-anak di Korea misalnya, diwajibkan belajar dari pagi sampai malam oleh pemerintah, itu tidak jauh beda dengan anak-anak di Indonesia yang kadang-kadang juga sampai sore. Tetapi jam belajar di Korea dimulai pada pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore.
Meski waktu masuk sekolahnya hampir sama dengan Indonesia, tapi kenyataannya, pemerintah Korea lebih berhasil dibandingkan dengan Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa waktu belajar tidak memiliki korelasi dengan peningkatan mutu pendidikan di sebuah negara.
Barangkali kesadaran akan pentingnya belajar anak-anak Korea lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak kita sehingga mutu pendidikan kita bisa jauh tertinggal dari mereka.
Kita tidak berharap bisa mengikuti model pendidikan ala Finlandia maupun Korea. Tetapi setidaknya kita belajar dari mereka tentang bagaimana menata dunia pendidikan kita.
Di sinilah, perubahan mindset terhadap pendidikan diperlukan. Selama ini, sadar atau tidak, banyak dari kita tidak terlalu menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang penting.
Pendidikan hanya diukur dari ijazah. Padahal itu hanyalah satu bagian kecil dari seluruh proses pendidikan dari seorang peserta didik.
Pendidikan itu sebenarnya merupakan sarana pengubah. Sebab di dalamnya orang mempelajari banyak hal yang memampukan setiap peserta didik untuk bisa berpikir sendiri dan menjadi kreatif dan inovatif.
Sekarang mari melihat berbagai masalah yang melilit pendidikan di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).