Masalahnya sekarang adalah soal aplikasi di lapangan. Ternyata kurikulum merdeka belum berjalan sebagaimana mestinya, sebab belum adanya pemahaman yang utuh tentang kurilulum ini.
Bahkan ada guru yang mengatakan bahwa semua kurikulum sama saja yang penting adalah mengajar dan siswa mengerti. Ini bahaya. Sebab kurikulum sudah berubah tapi mindset kita masih tetap dan tidak ikut berubah.
Esensi kurikulum merdeka sendiri belum dipahami sehingga kurikulumnya kurikulum merdeka tetapi metode mengajar masih menggunakan gaya K13 atau kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Alih-alih menerapkan kurikulum merdeka, pemerintah provinsi NTT menetapkan kebijakan baru baru sekolah jam 5 pagi. Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi NTT, Linus Lusi katanya untuk mendongkrak prestasi siswa.
Saat ini sudah memasuki pekan kedua, beberapa sekolah di Kupang menerapkan sekolah jam 05.30 pagi. Namun senyatanya, berbagai pendapat pro dan kontra masih terus berseliweran baik datang dari masyarakat maupun para pengampuh pendidikan.
Pendapat pro dan kontra itu datang dari berbagai pihak antara lain, dari para anggota legislatif baik di daerah maupun nasional, dari berbagai perhimpunan guru dan juga datang dari Kementerian Pendidikan sendiri.
Alasan Gubernur NTT memberlakuan sekolah jam 5 pagi yang kemudian direvisi menjadi jam 05.30 WITA adalah untuk membentuk kedisiplinan dan meningkatkan etos kerja. Sayangnya kebijakan ini tidak lahir dari satu kajian akademis yang sahih.
Mari lihat sebuah studi yang dikutip dari Straighter Line oleh Kompas. Hasil studi itu menyimpulkan bahwa otak manusia baru dapat menerima materi baru dalam dua sesi waktu  yaitu jam 10.00-14.00 dan 16.00-22.00. Waktu terburuk untuk belajar adalah pukul 16.00 sampai pukul 19.00.
Hasil studi ini jelas sangat bertentangan dengan kebijakan Gubernur provinsi NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) tentang sekolah jam 5 pagi.
Terlepas dari semua pro dan kontra tersebut, sesungguhnya sekolah terlalu pagi ataupun sekolah lebih siang tidak memiliki dampak bagi majunya pendidikan di sebuah daerah atau di sebuah negara.