Dari kecil hingga dewasa, sehabis BAB paman tidak bisa cebok sendiri. Biasanya nenek atau ibu yang membantunya. Begitu pula kalau mandi dan urusan makan dan minum.
Beberapa kesenangannya dan ketakutannya pun unik. Untuk makan pun tidak semua makanan ia suka. Roti misalnya adalah salah satu makanan yang membuatnya takut. Karet tangan yang biasa kami gunakan untuk bermain semasa kecil juga membuatnya takut.
Ada satu kebiasaan lainnya yang unik juga yaitu bila ia mau menangis. Dia akan berkata "saya mau menangis" dan secara tiba-tiba ia akan menangis tanpa sebab musabab.
Ia suka musik. Setiap kali musik diputar ia pasti bangun untuk bergoyang. Lucu memang kalau mengenang kembali pamanku ini.
Perilakunya yang unik ini kadang-kadang membuat tensi orang-orang rumah naik.
Meski demikian kekurangannya itu membuat kami menaruh belas kasihan lebih kepadanya.
Pamanku ini telah meninggal di tahun 2013 silam saat usianya 24 tahun saat itu. Perilakunya memang berbeda dari anak-anak dan teman sebayanya.
Wajah pamanku ini akan selalu terbayang ketika saya tanpa sengaja bertemu anak-anak atau orang-orang dengan kelainan down syndrome.
Berdasakan pengalaman hidup bersama paman yang menderita down syndrome membuatku coba mencari tahu penyebabnya.
Satu pertanyaan yang selalu menggelitik adalah mengapa wajah mereka mirip satu dengan yang lain.
Penyebab Down Syndrome