Bila ini sungguh dimanfaatkan akan sangat menakutkan bagi para penguasa. Karena itu tidak mengejutkan bila sastra dan kebudayaan pada masa demokrasi terpimpin dan orde baru mangalami kekerdilan.Â
Demi ketentraman para boss, eksistensi dan kehadiran karya-karya sastra dipasung. Lebih buruk lagi, bahasa Indonesia yang telah memiliki daya vitalitas dan cerdas itu harus ambruk di tangan rezim Orde Baru dengan menciptakan suatu bahasa baru yang penuh dengan hipokrisi.
Chairil Anwar dan gagasan bahwa kata dan bahasa berdaya mengubah, mati.Â
Para penguasa takut akan daya pengubah yang tidak kasat mata di dalam kata dan bahasa sastrawan-sastrawan. Kasus-kasus pembredelan surat kabar dan pemusnahan karya sastrawan-sastrawan tanah air menjadi bukti bahasa dan sastra memiliki tangan dan kekuatan dahsyat yang mampu membongkar segala kemapanan dan status quo.Â
Bahasa, kahususnya sastra memunyai gonggongan yang menakutkan mereka yang memiliki otoritas. Taring tajam setajam tombak dari sastra bisa mengaduk-aduk kepongahan para penguasa.Â
Chairil Anwar tahu memanfaatkan bahasa dan menggunakannya untuk membongkar tatanan yang mapan dan membawanya kepada perubahan.Â
Kita meti mengamini bahwa Chairil Anwar adalah manusia untuk segala jaman bagi bangsa Indonesia. Â Jasa-jasa terhadap bahasa Indonesia dan secara khusus kesesasteraan Indonesia akan terus diingat dan tak pernah lekang oleh waktu.Â
Ia akan terus hidup dalam syair-syairnya.Â
Pada akhirnya kita harus sampai pada kesimpulan bahwa tanpa bahasa, manusia tidak akan bergerak selangkah pun.Â
Kemajuan masyarakat manusia hanya mungkin apabila bahasanya pun berkembang.Â
Terima kasih Chairil. Engkau telah menghiasi khasana kesusasteraan Indonesia dan membuat bahasa Indonesia berkembang.Â