Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jujaga, Tradisi Menjaga Waktu Sholat

6 Agustus 2022   18:08 Diperbarui: 9 Agustus 2022   08:15 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badan sarra pengurus Masjid di Desa (Dokpri)

Mereka adalah orang-orang yang paling dihormati di desa. Walau pada pergaulan sosial tak ada sekat yang ditampakan. Semua berjalan seperti umumnya menjadi masyarakat desa.

Berbaur, bercanda, saling membantu, adalah sekian interaksi tanpa sekat yang dipraktekan. Jika ada hajatan mereka tetap seperti masyarakat biasa, mengambil kayu, membela kayu, mengupas kelapa, membuat minyak kelapa, mengambil sayur di hutan, membuat tenda dll.

Tetapi ada satu yang saya tangkap. Orang-orang seperti mereka sangat menjaga kewibawaan, nilai agama dan tatacara keislaman terutama di keluarga. Sehingga jika ada kasus misalnya anak-anak melakukan kesalahan besar, mereka dengan legowo mengundurkan diri menjadi Badan Sara.

Ini dilakukan agar tidak ada unsur pencelahaan dan menganggu rutinitas tugas mereka. Intinya mereka "malu" sebagai badan sara, anak-anak atau keluarga mereka justru keluar dari jalur keagamaan.

Di Maluku Utara, masih terdapat beberapa desa yang memakai tradisi seperti ini. Namun di beberapa wilayah sudah tidak di praktekan.

Unsur penting adalah bahwa tradisi menjaga waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengaruh beberapa Kesultanan besar di Maluku Utara. Seperti kesultanan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.

Menjaga waktu dengan struktur dan tatakrama yang dipraktekan ditenggarai bermula dari adannya pengaruh kesultanan terutama fase di mana kesultanan masuk dalam ranah Keislaman. 

Bagi saya, apapun itu. Tugas mereka menjaga waktu sholat lima waktu dalam islam merupakan tugas mulia yang mungkin saya sendiri tak akan mampu menjalankannya lantaran aspek kesibukan dan kepentingan. 

Berbeda dengan mereka yang menjalankan tugas itu tanpa beban walau pala, atau kelapa sudah harus panen. (Sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun