Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jujaga, Tradisi Menjaga Waktu Sholat

6 Agustus 2022   18:08 Diperbarui: 9 Agustus 2022   08:15 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badan sarra pengurus Masjid di Desa (Dokpri)

Jika tiba giliran jujaga namun ia punya kepentingan mendesak misalnya harus ke kota, maka akan digantikan dengan yang lain. Nanti setelah pulang, ia akan mengganti waktu orang yang menggantikannya.

Tugas jujaga tidak hanya sekedar menjaga waktu sholat tetapi lebih dari itu. Jika pada saat gilirannya melaksanakan tugas Jujaga lalu ada warga yang meninggal maka tugasnya bertambah.

Ia harus ke rumah duka, kemudian melakukan pengukuran lalu membawa ukuran tersebut ke tanah pekuburan dan mengukur sebesar apa kubur tersebut sesuai ukuran yang di bawah dan kemudian menggarahkan masyarakat menggali kubur.

Di desa tidak memakai jasa penggalu kubur, semua masih dilakukan masyarakat. 

Dalam proses itu ia terus bolak balik dari rumah duka dan kuburan. Di rumah duka tugasnya banyak, seperti memotong kain kafan dll. Sementara di kuburan ia harus memastikan apakah kedalaman kubur itu sudah sesuai atau belum. Jika sudah maka dibuat kamar lalu setelah selesai ia akan melapor ke imam dan proses pemandian hingga perbukuran bisa berjalan.

Selain tugas lain ialah membantu warga jika butuh bantuan dalam hal kegaamaan seperti membaca doa kecil-kecilan di rumah dan ranah-ranah yang berkaitan dengan keagamaan.

Tugas Jujaga terkesan ringan namun sungguh sangat berat. Jika tak ada struktur dan keterlibatan mereka di desa maka hal-hal yang sering terjadi di perkotaan bakalan terjadi.

Saya berulang kali menemukan ketika tiba waktu sholat, kadang saling menolak untuk adzan hingga kadang melewati waktu adzan. Masyarakat saling tolak menolak. Hal ini lantaran rutinitas warga yang terlampau sibuk hingga kadang masjid menjadi kosong.

Sementara di desa kehadiran modim selalu menjalankan tugas mereka dengan baik. Walau tidak digaji. Yap, mereka tidak di gaji sedikitpun.

Status keanggotaan pun tidak memakai periode. Mereka bisa mengabdikan diri hingga ajal menjemput. Namun juga bisa meminta berhenti jika sudah tua.

Tugas mereka berada pada ranah keagamaan. Seperti tahlilan, selamatan, nikahan, orang meninggal dll. Semua dikerjakan sebagai pihak yang paling utama dalam ritual keagamaan dan tradisi kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun