Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

One Man, One Food, One Price

3 Agustus 2022   00:12 Diperbarui: 3 Agustus 2022   00:18 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya dari pada one man, one food, one price, mendingan saya buat sebuah kebijakan besar yang berdampak pada banyak orang secara jangka panjang. istilah di atas adalah wujud praktik politik kita yang terjadi saat ini," 

Mobil melaju kencang menjajal tol menuju Jakarta. Saya lihat, spedometernya bermain di angka 100 -150 KM. 

Sejak berangkat pukul 10.30 Wit, Pak supir memacu kendaraan setelah mendapat wejangen dari pimpinan tertingginya di Kantor. "Nyupirin Saya jangan sungkan, sing penting cepat asal selamat," 

Kemampuan terbaiknya. Aku yang duduk di depan seperti beradu nyali nyali. Baru kali ini pak supir menancap gas sedemikian rupa. Biasanya ia adem lantaran bos nya keseringan mampir di Rest Area.

Perjalanan kali ini tidak seperti biasanya lantaran Pak Bos tertinggi-tak akan saya sebutkan namanya- ikut numpang mobil kami pulang ke Jakarta. Cepat adalah kunci, lantaran paginya ia sedang ada rapat dengan jajaran menteri.

Ia pimpinan tertinggi di lembaganya. Mengepalai suatu badan di bawah salah satu kementerian.

Keputusannya ikut rombongan kami tidak diduga-duga. Ia sendiri datang ke Jogjakarta tanpa pengawalan atau embel-embel seperti pejabat lain yang butuh banyak protokoler.

Ia lebih senang bepergian sendiri. Tanpa sedikitpun pengawalan. Ke mana- mana tak pernah repot. Datang-datang saja seperti biasa. Pun dengan pulang.

Namun bukan perihal pemujaan atau  pemujian berlebihan. Sepanjang perjalanan, saya akhirnya memahami betapa ia banyak mendapat penghargaan baik sejak menjabat Bupati dan maupun sekarang masuk jajaran kabinet Jokowi.

Wawasannya di dunia perpolitikan membuat saya tertarik untuk membahas. Mulai dari bagaimana ia mencalonkan diri, membangun program, mengatasi problematika keinginan partai-partai dan berbagai inovasi yang dilakukaannya.

*

" Saya menang Bupati, Modal saya hanya 1.4 M. Itupun terpakai hanya 1.2 M. Sisanya setelah terpilih. Saya pakai buat sumbangan ke panti-panti," ujarnya di tengah lajunya kendaraan.

Kami kaget. Seperti tidak masuk akal dengan duit segitu bisa memenangkan pertarungan. Saya sendiri merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkannya. Lantaran cost politik di Indonesia cukup mahal.

Sekelas bupati saja perlu puluhan milyaran mulai dari "mahar partai", pembiayaan tim sukses, pembangunan posko, cetak baliho, kaos, akomodasi perjalan dll. 

Milyaran rupiah tentu dibutuhkan. Belum lagi jika unsur "money" politik begitu kencang di mainkan.

"Benar pak, tidak salah itu," sangah satu dari kami.

"Benar. Itu uang saya sendiri yang saya dapatlan dari kredit ke Bank. Dua kali kredit," jelasnya pada kami.

"Gimana ceritanya pak. Kok bisa menang. Apa rumusnya pak. Sebab bagi sangat tidak masuk akal dengan uang segitu tapi menang," tanya saya.

"Ia karena yang saya kampanyekan bukan terpilih karena uang. Melainkan ketulusan memilih calon pemimpin. Allhamdullilah, saya di beri amanat untuk menang,", jawabnya yang membuat kami semakin bengong.

Kami tak peduli lagi berapa kecepatan mohil yang di kendarai oleh sopir asal Padang ini. Fokus kami tertuju pada pernyataan beliau. 

Lantatan, selama keterlibatan kami dalam politik. Baru kali ini saya merasa agak tidak masuk akal. Tak ada duit tapi menang.

Ia pun membeberkan bahwa sistem kampanye dilakukan semuanya dor to dor. Paling sering di lakukannya iala ketika sehabis Shalat Subuh.

"Cost politik besar karena efuoria besar. Masyarakat tidak memilih itu. Akan lebih terserap ketika ditemui perkelompok. Bukan per massa yang mungkin datang hanya karena di bayar," tegasnya.

Efisiensi kampanye yang dilakukannya sangat low cost. Pertama, di saat habis sholat subuh ia selalu selipkan dengan bersilaturahmi. Selain ini di jam-jam ini tidak mungkin ada konsumsi yang wah. Bahkan justru tidak ada konsumsi sama sekali.

"Saya setiap subuh silaturahmi dan sering saya sampaikan. Jangan memilih saya karena satu dua buah sejadah yang saya berikan. Sebab jika demikian maka ada tanggung jawab besar saya kepada Allah. Sejadah itu biar menjadi amal saya sehingga jika tidak terpilih pun saya tidak beban, tegasnya.

Selain low cost, kampanye yang digalakan juga tak mewah. Ia bahkan sering kampanye dengan bantuan teh celup dan gula. Bahkan ketika tamu datang ke rumah selalu ia suguhi. Dan jika tak punya apa-apa, ia memilih diam di iamar dan melakukan amalan seperti sholat dan dzikir.

Ia kuat pada keyakinannya. Keyakinan atas doa-doa menurutnya sangat membantu. Bahkan selama kampanye orang yang tidak ia kenalpun sering memberikan bantuan semisal kaos kampanye dan lain-lain.

Bagi timnya, kata salah satu orang kepercayaannya, periode perjuangan tersebut tak pernah mandi basah atau kecipratan uang. Tak segan mereka hanya diberikan uang bensin untuk melakukan kampanye. Edukasi pendidikan politik menjadi salah satu senjata yang melawan money politik. 

Padahal dalam setiap momentuk politik. Tim pemenang selalu kecipratan dana segar. Dana yang kadang tidak bagikan hingga ke tingkat tim paling bawah sebagai akomodasi operasional.

Tak jarang saya menyaksikan sendiri betapa konflik terjadi pada ranah ini. Pun dengan sebahis pemilihan. Menang atau tidak, pasti punya sesuatu yang baru semisal mobil.

Ia terus bercerita mengenai bagaimana ia memenangkan pertarungan dengan modal tak masuk akal itu.

"Terus partai gimana, bukannya harus bayar,"  tanya saya.

"Saya tak bayar sama sekali. Tiga partai pengusung justru melakukan kampanye dengan uang partai sendiri. Satu yang pasti ialah mau partai apapun, tidak ada yang mau dibayar. Hanya kandidat saya yang terlalu naif dan memberikan uang hingga puluhan milyar hanya untuk dapat rekomendasi. Sebuah keputusan liar karena hasutan dan wacana," tegasnya.

Benar saja. Ia menceritakan tak ada seperserpun biaya yang diberikan kepada partai pengusung justru sebaliknya partai yang getol kampanye memakai duit partai.

Selain dirinya, sang wakil juga katanya lebih miskin dari dirinya. 

Di periode kedua katanya, perjuangan lebih simpel karena simpul-simpul politik sudah kuat. Ia hanya mengeluarkan cost politik sebesar 800 juta.

Singkat cerita setelah terpilih. Ia menjadi salah satu bupati yang mendapat banyak penghargaan. Berbagai inovasi dilakukannya seperti mencintai produk daerah. Ia mewajibkan anak sekolah memakai batik khas daerah tersebut yang berujung kepada peningkatan jumlah UMKM.

Di tingkat petani, ia mendorong PNS membeli beras 5 kilo dalam sebulan. Sebuah program yang akhirnya mensejaterahkan petani. Bahkan Stok Bulog sendiri berasal dari petani di kabupatennya.

Inovasi dan pembangunan terus digenjot. Bahkan sebelum masuk tol, ia mengajak kami melewati hasil pembangunannya.

"Ini jalan di periode saya. Sengaja lewat sini untuk mengenang hasil kerja keras," ujarnya.

Sejak masuk ke daerah ini, saya melihat jalan begitu bagus. Lain dari beberapa daerah di Jawa Tengah. Adanya jalan ini, katanya hasil dari alokasi anggaran yang efektif. Di mana ia tak segan-segan dengan DPR perihal pembangunan.

Pun demikian dengan akses penerbangan udara. Di genjotnya hingga hadir  sebuah bandara elit yang luar biasa.

Ia sering dihadapkan dengan pihak-pihak yang mencari keuntungan namun dengan keras ia menilak. Baginya ketimbang memberikan makanan pada satu orang yang hanya bermanfaat bagi dirinya mendingan ia membuat kebijakan yang dapat dirasakan banyak orang.

*

Pengalaman semobil dengannya memhuka cakrawala berpikir mengenai politik. Uang bukan segala-galanya dalam konstestasi politik. Melainkan pembawaan, penyampaian dan visi jelas harus dikuatkan. 

Apa yang disampaikannya memberikan saya kesan mendalam terutama perihal bagimana kekuatan Tuhan meridhoi seseorang pada garis takdirnya.

Pesan paling mendalam ialah menjadi suci itu bagian awal dari menjadi pemimpin. Seseorang harus benar-benar bersih jika memiliki niat melakukan perubahan. Sebab akan ada jalur Tuhan yang luar biasa. (SUKUR DOFU-DOFU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun