Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

One Man, One Food, One Price

3 Agustus 2022   00:12 Diperbarui: 3 Agustus 2022   00:18 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia pun membeberkan bahwa sistem kampanye dilakukan semuanya dor to dor. Paling sering di lakukannya iala ketika sehabis Shalat Subuh.

"Cost politik besar karena efuoria besar. Masyarakat tidak memilih itu. Akan lebih terserap ketika ditemui perkelompok. Bukan per massa yang mungkin datang hanya karena di bayar," tegasnya.

Efisiensi kampanye yang dilakukannya sangat low cost. Pertama, di saat habis sholat subuh ia selalu selipkan dengan bersilaturahmi. Selain ini di jam-jam ini tidak mungkin ada konsumsi yang wah. Bahkan justru tidak ada konsumsi sama sekali.

"Saya setiap subuh silaturahmi dan sering saya sampaikan. Jangan memilih saya karena satu dua buah sejadah yang saya berikan. Sebab jika demikian maka ada tanggung jawab besar saya kepada Allah. Sejadah itu biar menjadi amal saya sehingga jika tidak terpilih pun saya tidak beban, tegasnya.

Selain low cost, kampanye yang digalakan juga tak mewah. Ia bahkan sering kampanye dengan bantuan teh celup dan gula. Bahkan ketika tamu datang ke rumah selalu ia suguhi. Dan jika tak punya apa-apa, ia memilih diam di iamar dan melakukan amalan seperti sholat dan dzikir.

Ia kuat pada keyakinannya. Keyakinan atas doa-doa menurutnya sangat membantu. Bahkan selama kampanye orang yang tidak ia kenalpun sering memberikan bantuan semisal kaos kampanye dan lain-lain.

Bagi timnya, kata salah satu orang kepercayaannya, periode perjuangan tersebut tak pernah mandi basah atau kecipratan uang. Tak segan mereka hanya diberikan uang bensin untuk melakukan kampanye. Edukasi pendidikan politik menjadi salah satu senjata yang melawan money politik. 

Padahal dalam setiap momentuk politik. Tim pemenang selalu kecipratan dana segar. Dana yang kadang tidak bagikan hingga ke tingkat tim paling bawah sebagai akomodasi operasional.

Tak jarang saya menyaksikan sendiri betapa konflik terjadi pada ranah ini. Pun dengan sebahis pemilihan. Menang atau tidak, pasti punya sesuatu yang baru semisal mobil.

Ia terus bercerita mengenai bagaimana ia memenangkan pertarungan dengan modal tak masuk akal itu.

"Terus partai gimana, bukannya harus bayar,"  tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun