*
" Saya menang Bupati, Modal saya hanya 1.4 M. Itupun terpakai hanya 1.2 M. Sisanya setelah terpilih. Saya pakai buat sumbangan ke panti-panti," ujarnya di tengah lajunya kendaraan.
Kami kaget. Seperti tidak masuk akal dengan duit segitu bisa memenangkan pertarungan. Saya sendiri merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkannya. Lantaran cost politik di Indonesia cukup mahal.
Sekelas bupati saja perlu puluhan milyaran mulai dari "mahar partai", pembiayaan tim sukses, pembangunan posko, cetak baliho, kaos, akomodasi perjalan dll.Â
Milyaran rupiah tentu dibutuhkan. Belum lagi jika unsur "money" politik begitu kencang di mainkan.
"Benar pak, tidak salah itu," sangah satu dari kami.
"Benar. Itu uang saya sendiri yang saya dapatlan dari kredit ke Bank. Dua kali kredit," jelasnya pada kami.
"Gimana ceritanya pak. Kok bisa menang. Apa rumusnya pak. Sebab bagi sangat tidak masuk akal dengan uang segitu tapi menang," tanya saya.
"Ia karena yang saya kampanyekan bukan terpilih karena uang. Melainkan ketulusan memilih calon pemimpin. Allhamdullilah, saya di beri amanat untuk menang,", jawabnya yang membuat kami semakin bengong.
Kami tak peduli lagi berapa kecepatan mohil yang di kendarai oleh sopir asal Padang ini. Fokus kami tertuju pada pernyataan beliau.Â
Lantatan, selama keterlibatan kami dalam politik. Baru kali ini saya merasa agak tidak masuk akal. Tak ada duit tapi menang.