"Saya tak bayar sama sekali. Tiga partai pengusung justru melakukan kampanye dengan uang partai sendiri. Satu yang pasti ialah mau partai apapun, tidak ada yang mau dibayar. Hanya kandidat saya yang terlalu naif dan memberikan uang hingga puluhan milyar hanya untuk dapat rekomendasi. Sebuah keputusan liar karena hasutan dan wacana," tegasnya.
Benar saja. Ia menceritakan tak ada seperserpun biaya yang diberikan kepada partai pengusung justru sebaliknya partai yang getol kampanye memakai duit partai.
Selain dirinya, sang wakil juga katanya lebih miskin dari dirinya.Â
Di periode kedua katanya, perjuangan lebih simpel karena simpul-simpul politik sudah kuat. Ia hanya mengeluarkan cost politik sebesar 800 juta.
Singkat cerita setelah terpilih. Ia menjadi salah satu bupati yang mendapat banyak penghargaan. Berbagai inovasi dilakukannya seperti mencintai produk daerah. Ia mewajibkan anak sekolah memakai batik khas daerah tersebut yang berujung kepada peningkatan jumlah UMKM.
Di tingkat petani, ia mendorong PNS membeli beras 5 kilo dalam sebulan. Sebuah program yang akhirnya mensejaterahkan petani. Bahkan Stok Bulog sendiri berasal dari petani di kabupatennya.
Inovasi dan pembangunan terus digenjot. Bahkan sebelum masuk tol, ia mengajak kami melewati hasil pembangunannya.
"Ini jalan di periode saya. Sengaja lewat sini untuk mengenang hasil kerja keras," ujarnya.
Sejak masuk ke daerah ini, saya melihat jalan begitu bagus. Lain dari beberapa daerah di Jawa Tengah. Adanya jalan ini, katanya hasil dari alokasi anggaran yang efektif. Di mana ia tak segan-segan dengan DPR perihal pembangunan.
Pun demikian dengan akses penerbangan udara. Di genjotnya hingga hadir  sebuah bandara elit yang luar biasa.
Ia sering dihadapkan dengan pihak-pihak yang mencari keuntungan namun dengan keras ia menilak. Baginya ketimbang memberikan makanan pada satu orang yang hanya bermanfaat bagi dirinya mendingan ia membuat kebijakan yang dapat dirasakan banyak orang.