Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kemanusiaan Berada di Atas Segalanya

24 Juli 2022   01:37 Diperbarui: 24 Juli 2022   01:48 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, di Pelabuhan Bastiong Kota Ternate (18/07), 77 penumpang berdesak-desakan masuk ke kapal KM. Cahaya Arafah.

Kapal dipenuhi manusia, tawa ceria anak-anak tak ketinggalan. Sebagai penumpang mereka tentu girang ingin cepat-cepat kembali ke desa dan menceritakan pengalaman ke teman sebaya. Orang tua sibuk menenangkan anak bayi mereka karena merengek akibat kepanasan. Para pengantar juga ikut nimbrung di kapal, bercerita sebelum berpisah. 

Abk sibuk melayani penumpang, mencatat nama hingga menyiapkan semua perihal pelayaran. Buru tak tinggal diam, cekatan mengangkat barang-barang milik penumpang ke atas kapal.

Pukul 08.30 Wit, raungan mesin mulai mengamuk Tali bandar dilepaskan. Para pengantar melambaikan tangga di pinggir pelabuhan dan di balas dengan hangat oleh penumpang di atas  kapal.

Baling-baling dengan semangat berputar. Kapal tua ini siap membelah lautan menuju Halmahera Selatan.

Di kapal, koki sibuk memasak untuk makan penumpang. Satu dua penumpang memotret pemandangan, berselfi bahkan menelpon. Di anjungan, muda mudi biasa bertahan. Terpaan angin selalu kalah oleh pemandangan yang memikat. Ada bagian-bagian tentang cinta yang selalu terangkai hangat di anjungan.

Obrolan-obrolan tak luput dari perhatian. Sembari yang lainnya memilih rebahan. Bayi dan anak-anak hangat dalam dekapan orang tua.

*

Anjungan kapal mulai goyah. Kiri kanan dihantam gelombang samudera. Kapal tua yang melegenda ini  diterpa badai tiada dua. Hujan lebat disertai angin berkecepatan tinggi menciptakan gelombang laut hingga 3 meter tingginya.

Suara ceria dan tawa seketika menjadi tangis. Penumpang-penumpang mulai panik. Tangisan dan doa menggema memenuhi dek kapal. Baju-baju pelamapung direkatkan ke badan. 

Tua, muda, saling bahu membahu memakai pelampung. Saya melihat, dalam video yang beredar, seorang ibu memakai satu pelampung dengan membungkus anaknya dipelukannya. 

 Abk sibuk memompa air, mengarahkan hingga menenangkan  penumpang. Sementara dibalik kemudi, kapten berusaha menahan setiap gelombang. Kemudinya diarahkan ke kanan dan kiri. Ia percaya, kapal tua ini mampu bertahan membawa mereka hingga selamat ke tujuan. 

Namun naas, KM. Cahaya Arafah sudah tua dan rentah harus kalah dengan ganasnya samudera yang tak sedikitpun memberi ampunan. Ia harus terbalik dan tenggelam. Dan, menjadi cahaya di dalamnya lautan yang gelap. 

Kapal legenda ini terhenti di perairan Desa Tokaka Kec. Gane Timur pukul 16.30 WIT. Perairan yang tak asing baginya. Di mana ombak dan arus pesisir adalah temannya. 

Penumpang-penumpang berenang. Bertahan dari dinginnya lautan dan gelapnya malam. Satu persatu berharap bisa sampai ke daratan. Sekuat tenaga berenang yang entah kemana arus akan membawa mereka. Nasib antara hidup dan mati benar-benar takdir Tuhan.

Hingga satu persatu diselamatkan oleh Tim SAR yang datang. Para penyelamat ini datang dan membawa mereka ke atas kapal. Bahkan, di tengah gelapnya malam dan amukan gelombang yang  sudah diingatkan oleh BMKG agar tak ada kapal yang melaut, mereka tetap berlayar menantang gelombang menuju tujuan.

Korban yang selamat menuturkan betapa situasi sangat mencekam. 

" Saat kapal mulai oleng dan dihantam gelombang, semua penumpang panik dan berhamburan. Sebelum melompat keluar, ia mengaku tak kuasa begitu melihat banyak anak-anak dan orang tua yang masih berada dalam kapal dalam kondisi histeris. Namun cuaca ekstrim dan kondisi kapal mulai tenggelam ia tak mampu berbuat banyak,". (1)

Kabar pun menyebar ke seantero Maluku Utara. Headline berita tak habis-habisnya. Video-video penyelamatan tim SAR menyebar kemana-mana. Doa dan harapan di panjatkan masyarakat kepada yang kuasa agar semua penumpang selamat.

Namun, dari 77 penumpang dan ABK sesuai manifest, 13 diantaranya tidak di ketemukan. Mereka hilang entah kemana. 

Di pelabuhan Tokaka Gane Timur, ketika temaram lampu mulai kalah oleh perkasanya mentari, tangisan pecah di mana-mana. Tak seperti biasanya KM Cahaya Arafah berlabuh.

Penumpang-penumpang yang berhasil selamat berpelukan hangat dengan keluarga yang sudah menanti sejak malam. Rasa sukur  dipanjatkan tak habis-habisnya.

Suara tangis tak jua berhenti kala keluarga tidak kunjung menemukan ayah, ibu, paman, bibi, adik atau sanak famili dalam rombongan yang selamat. Pagi itu menjadi suram. Ayah mencari anaknya, anak mencari orang tua, hingga suami mencari istri.

Duka mendalam baru saja terjadi. Keluarga yang tak kunjung ditemukan itu adalah korban yang dinyatakan hilang oleh Basarnas.

Cuaca masih tak mau bersahabat. Pencarian oleh tim SAR tak menemukan hasil selama dua hari. Kemarahan masyarakat dan keluarga pun memuncak. Berbondong-bondong mereka menyerbu pelabuhan Tokaka. Meminta kejelasan dari tim SAR yang sedang berlabuh karena kondisi cuaca buruk.

Penjelasan demi penjelasan tak diterima. Perdebatan di mulai dan sejurus kemudian batu-batu melayang ke kapal Basarnas. Kondisi genting itu membuat kapal melapas tali bandar dan tancap gas menghindari amarah warga.

Tindakan itu dilakukan lantaran warga menilai Basarnas lambat melakukan pencarian 13 korban yang hilang.

KEBAJIKAN DATANG TIDAK TERDUGA

Sumber : FB Hasbi Dolik
Sumber : FB Hasbi Dolik

Mr. Kurt Gegric dan Mrs. Alanah Bodeman tak menyangka. Keberadaan mereka di pulau Bacan membawa mereka melakukan kebajikan mulia hingga oleh masyarakat Gane Timur dianggap sebagai pahlawan yang tak akan pernah dilupakan.

Kedua warga asing yang berasal dari Jerman dan Swis ini merupakan penyelam dari Nabucco Spice Island Resort. Bersama  satu warga asing dan salah satu warga Bacan, Moris, dan  yang berstatus sebagai pegawai di Kabupaten Halmahera Selatan, merekan melakukan sebuah kebaikan yang tidak ternilai.

Sejak kehadiran ketiganya di lokasi tenggelamnya KM Cahaya Bahari, satu persatu korban berlahan di temukan. Pengalaman mereka di dunia diving sangat membantu proses evakuasi korban dari dasar laut.

Satu persatu korban ditemukan lalu diangkat berlahan kepermukaan. Di mana kapal-kapal SAR sudah menunggu. Pun dengan siaganya para penyelam dari Tim Basarnas

Sejak pencarian dilakukan dengan metode menyelam, baik SAR maupun pihak lain turut ambil bagian.  Mereka bahu membahu melakukan pencarian korban di dasar laut.

Meraka tak kenal lelah melakukan penyelaman. Kedalaman laut yang dalam tak menyiutkan nyali mereka. Di dasar laut tak lupa mereka merekam proses pencarian. Dari mereka, di ketahui bahwa para korban terjebak di dalam dek kapal. Bahkan ada yang ditemukan di kedalam 45 meter.

Penyelaman hari pertama mereka berhasil menemukan empat korban di mana dengan korban orang dewasa berumur 50-60 tahun serta seorang anak berumur dibawah 5 tahun.

Begitu seterusnya hingga semakin banyak korban yang dievakuasi. Hingga kini sudah terdapat 10 korban yang berhasil dievakuasi sementara 1 orang masih hilang.

Dua orang yang awalnya dinyatakan hilang ternyata berhasil selamat dan baru diketahui belakangan.

*

Sumber : FB Hasbi Dolik
Sumber : FB Hasbi Dolik

Ketika keempat warga asing ini berada di daratan. Mereka disambut layaknya pahlawan. Keluarga korban begitu berterima kasih atas jasa dan kebaikan yang mereka lakukan sehingga jenasah keluarga mereka dapat kembali dan dimakamkan dengan layak.

Warga mengelilingi mereka saat di pelabuhan Tokaka. Banyak juga yang mengabadikan kehadiran mereka terutama Mr. Krig dan Mrs. Allana. 

Satu yang menarik ialah  rendah hatinya seorang Mr. Krik. Ia dengan tegas mengungkapkan bahwa dia bukan seorang turis dan sudah berada di Indonesia selama 7 tahun. Dan saat ini ia sedang berada di Desa Kusu saat kejadian terjadi. Hal itu ia luruskan agar tidak menjadi isu kepahlawanan yang dialamatkan kepada mereka.

Ia justru sangat menyesal atas kecelakaan kapal dan merenggut nyawa penumpang. 

" Saya sangat menyesal untuk para korban dan keluarga di sana. Tidak perlu mengucapkan terima kasih.  Ini adalah tindakan minimum yang bisa saya lakukan. Saya doakan yang terbaik untuk kalian semua," 

Kerendahan hati yang ditunjukan mereka merupakan kebajikan Mettasik yang luar biasa. Tindakan yang menjukan bahwa kemanusiaan berada di atas segala-galanya. 

Sumber : FB Hasbi Dolik
Sumber : FB Hasbi Dolik

Apa yang mereka lakukan adalah sebuah tindakan kebajikan Mettasik besar yang tidak semua orang dapat dan mau melakukannya. Bahkan hanya untuk meluangkan waktu sekalipun. Butuh akselerasi batin dan kerendahan untuk mau bergerak tanpa pikir.

Kehadiran mereka membawa perubahan pada situasi dan ketidakjelasan pencarian para korban. Kesedihan yang dirasakan keluarga korban begitu nyata.

Kebaikan dan kebajikan Mettasik juga dirasakan salah satu dari dua korban yang sebelumnya dinyatakan hilang. 

Ibu Surlamina tak menyangka hari itu ia dihadapkan dengan kondisi yang sebelumnya tak pernah di rasakan. Ketika kapal mulai oleng, ia sudah menggunakan pelampung. Namun karena tak bisa berenang, ia tak berani melompat keluar. Ia hanya pasrah dan berdoa.

Beruntung di tengah dilema itu, seorang pria yang tak dikenalnya mengulurkan tangan dan membuat ia keluar lewat jendela kapal. 

Ia sudah menjelaskan bahwa tak bisa berenang. Namun tekad pria tersebut mendorongnya hingga ia sampai ke anjungan kapal dan melompat.

Keduanya berenang lalu meraih rakit bersama beberapa penumpang lain.(2)

Kisahnya mengajarkan satu makna yang sangat dalam. Di tengah keputusaaan tersebut selalu ada manusia yang tidak hanya mementingkan keselamatannya. 

Pria tersebut bisa saja menyelamatkan diri sendiri. Menjauhi kapal yang mulai tenggelam agar tidak tersedot. Namun kebajikan Mettasik justru lebih mengemuka, ia justru menanggalkan hasrat pribadi untuk membantu orang lain.

*

Kejadian ini baru berlangsung tak kurang seminggu ini. Namun duka yang dirasakan warga Gane terselip kebajikan Mettasik yang begitu hebat. Membawa perubahan dari duka menjadi harapan. Utamanya bagi keluarga yang kehilangan orang terkasih.

Mr. Krik dan Mrs Alanah serta teman-temannya bisa saja memilih menikmari resort atau dunia bawah laut di lokasi mereka berada. Namun tidak demikian, mereka justru rela datang ke lokasi musibah untuk membantu mencari para korban. Meluangkan waktu dan tenaga mengevakuasi satu persatu korban kecelakaan.

Pun dengan lelaki yang disaat genting masih melakukan kebaikan, walaupun nampak nyata nyawa sedang mengintai. Begitu juga dengan Basarnas yang terus giat melakukan pencarian korban di tengah kondisi laut yang bergejolak. (SUKUR DOFU-DOFU)

#Kebajikan Mettasik

#Maybank Finance

SUMBER

1, 2, 3, 4, 5, 6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun