Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gadis Manis, Pedagang Eceran Pinggir Jalan

23 Juli 2022   00:09 Diperbarui: 23 Juli 2022   00:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengikuti suasana tersebut sembari curi-curi pandang.

Darinya dan beberapa pedagang lain yang mendengar pertanyaan ku, saya mendapatkan gambaran keinginan dan konflik yang tak berujung. 

Ikan jualan yang berasal dari keluarga mereka sebagai nelayan utamanya nelayan handline ini kebanyakan langsung dijual ke menjual ke konsumen sehingga menerima keuntungan langsung tanpa potongan pedagang perantara.

Lokasi tempat mereka menjajakan ikan memang potensial. Berada di pinggir jalan utama yang banyak dilalui masyarakat. Namun terbesit dalam tanya, kenapa mereka harus berjualan di sini sementara jarak mereka dengan pasar tak kurang dari 200 meter.

" Kenapa berjualan di sini dan tidak berjuaan di pasar,"? Tanyaku

" Tidak ada tempat dan pembeli sedikit." jawabanya di iyakan juga oleh beberapa pedagang lain. Aku mencoba menguraikan dua kondisi ini dengan hati-hati.

" Full ya," tanyaku

" Tidak, tapi masuk dan berjualan di dalam pasar harus ada kenalan. Terus harus beli lapak kalau tidak sewa ke beberapa orang. Sudah begitu mahal, bisa jutaan perlapak," Jawab mereka. 

Saya mengejar pernyataan berapa biaya yang harus di keluarkan untuk memperoleh lapak namun tak ada jawaban.

Kondisi ini mengingatkan saya pada   beberapa kasus yang terjadi di Kota Ternate di mana jual beli lapak di pasar tradisional selalu menggemparkan ketika mencuat ke permukaan. 

Tak main-main, satu lapak bisa dibeli di atas 20-50 juta rupiah. Proses ini dilakukan oleh oknum-oknum yang masih membawahi pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun