Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gadis Manis, Pedagang Eceran Pinggir Jalan

23 Juli 2022   00:09 Diperbarui: 23 Juli 2022   00:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku meninggalkan pertanyaan tersebut. Tak ingin menampik lebih banyak kemarahan. Suara-suara sumbang mereka terdapat kebenaran yang terkandung di dalamnya. Amarah sesekali akan memuncak jika sudah penuh dan sesak di dada. 

Alasannya sederhana yang kuperoleh berikutnya ialah, lokasi ini dekat dengan rumah sehingga tidak merepotkan, berjualan pagi dan sore hari. Tidak seperti di pasar lantaran harus tetap stay dengan pembeli yang tidak pasti. Peluang ikan mereka laku lebih banyak lantaran lalu lalang masyarakata di jalan utama ini.

Beberapa pedagang eceran yang kutemui baik di pasar Tembal, Babang hingga di lokasi PPI yang memiliki lapak, tak mengungkapkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapat tempat, namun rata-rata kompak menjawab ada retribusi yang dikeluarkan antara 2000-3000 rupiah. Ini bagiku harga yang pantas karena retribusi merupakan sumber pendapatan bagi daerah.

Empat puluh menit saya mewawancarai gadis cantik ini, dan harus pamit. Lembaran terakhir kuesioner telah habis. 

Saya malu-malu pamit. Namun, ada satu keinginan untuk mengajukan pertanyaan yang sudah tertanam dalam diri sedari tadi. paras cantiknya menganggu fokus saya sedari tadi. 

Hasrat untuk mengenal lebih jauh mulai tertanam. Saya tak menampik tentang pandangan pertama yang mengesankan. 

Segenap keberanian saya kumpulkan, mencari waktu yang tepat agar suara ku tak terdengar pedagang lain. Pelan namun pasti saya  melempar pertanyaan.

" Maaf, sudah punya pacar belum, mungkin bisa kenal lebih jauh," tanyaku memberanikan diri.

" Aduh maaf banyak ya, saya sudah menikah. Punya satu anak,' jawabnya

Deg.. Pupus sudah harapanku. Aku pergi dengan rasa malu tak terhingga. (sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun