Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buku-buku Usang

21 Mei 2021   19:02 Diperbarui: 21 Mei 2021   19:08 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut data Perpustakaan Nasional, Indonesia adalah negara terbesar kedua dengan jumlah perpustakaan terbanyak setelah India. Dari ttahun 2014-2019, total perpustakaan secara nasional, yaitu sebanyak 164.610 yang tersebar di 34 provinsi di
Indonesia. 164.610 perpustakaan tersebut, terdiri dari 42.460 perpustakaan umum, 6.552 perpustakaan khusus, 113.541 perpustakaan sekolah/madrasah, dan 2.057 perpustakaan perguruan tinggi.

Jumlah ini tentu sangat banyak akan tetapi kenapa minat membaca buku berada di kategori rendah? tentu menjadi sebuah pertanyaan besar. Namun bagi saya permasalahan utama ialah belum terintegrasinya dengam baik. 

Pada perihal sistem, masih banyak perpustakaan yang bergaya klasik dan kaku melakukan inovasi. Sehingga cenderung membosankan. Banyak perpustakaan juga menerapkan aturan-aturan ketat yang justru menghambat banyak orang untuk berkunjung. Di tambah banyak perpustakaan memiliki sistem akses yang berbeda-beda. 

Padahal, sebagai kiblat ilmu di mana banyak sekali terdapat literatur, perpustakaan harusnya memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam mengakses segala hal yang terdapat didalamnya.

Selain itu, perpustakaan juga terpusat di perkotaan, di kampus atau sekolah-sekolah besar dan belum menyentuh ke pelosok negeri. Banyak perpustakaan di pelosok negeri sangat kekurangan buku  dan hanya menunggu pengadaan dari dinas terkait. Padahal jika pembangunam sistem merata, maka akses buku di semua negeri dapat terwujud.

Pun dengan gerakan perpustakaan mandiri semisal rumah baca yang harus terlunta-lunta baik dalam pendanaan,SDM maupun bahan literasi. Rumah baca sebagai garda terdepan literasi di desa harusnya mendapat perhatian lebih. 

Dengan mendorong dan mendukung gerakan literasi rumah baca maka akses terhadap bahaan bacaan tidak menajadi pincang sebab semua orang dapat mengakses buku dengan baik. Gerakan ini adalah upaya aktif dari program literasi berbasis gerakan.

Dorongan untuk menumbuhkan minat baca selain dari sarana prasarana juga perlu didorong lewat diri sendiri dan lingkungan tempat seseorang berada. Keluarga adalah aktor utama bagaimana menumbuhkan minat baca dan mencintai buku. 

Keluarga harus aktif mencontohkan bagaimana praktek membaca kepada anak-anak. Sebab hal ini berkaitan dengan psikologis seorang anak.

Berdasakan penelitian dari Departemen Pediatri Fakultas Kedokteran New York University (NYU), bahwa membaca buku dengan anak dapat meningkatkan kemampuan mengenal kosakata dan kemampuan membaca.

Buku adalah wadah ilmu, olehnya itu perlu menumbuhkan gerakan membaca agar terciptanya kondisi generasi yang berkualitas. (sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun