Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ironi Kehidupan Nelayan Cakalang akibat Tambang di Kepulauan Obi

8 Maret 2021   03:29 Diperbarui: 8 Maret 2021   11:14 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadilah saya bertanya, di sela-sela kepulangan kami menuju fishing base di Desa Panamboang Bacan, "Ikan kurang mungkin karena tambang," Ujarnya

Saya heran, "Kok tambang. Kenapa dengan tambang?"

"Semenjak beroperasi, ikan susah di dapat. Banyak kapal tongkang lalu lalang. Banyak material jatuh ke laut. Kalau mau banyak harus berlayar jauh. Sementara operasional solar tak cukup".

Aih lagi-lagi pertambangan, tambang yang beroperasi di Kepulauan Obi itu telah merusak alur migrasi ikan yang katanya wilayah potensi Tuna, Cakalang, Tongkol (TCT). 

Pemerintah sendiri menyebutnya wilayah perairan perikanan 715. Wiilayah potensial migrasi ikan karena masuk keluar pasifik. Dan juga memplot wilayah ini sebagai pusat pengembangan Perikanan Tuna, Cakalang, Tongkol (TCT). Yang lagi-lagi, wilayah ini terutama di Halmahera Selatan akan dijadikan pusat industrialisasi perikanan dan Lumbung Ikan Nasional.

Lumbung Ikan Nasional (LIN) yang oleh Thalib (2018) menyatakan adalah suatu wilayah atau kawasan penghasil produksi perikanan secara berkelanjutan dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi perikanan nasional.

Artinya daerah tertentu diplot sebagai produsen perikanan yang diharapkan dapat menyuplai kebutuhan konsumsi masyarakat maupun permintaan konsumen seperti industri nasional dan pioner kebutuhan pasar luar negeri.

Lantas bagaimana jadinya jika aspek berkelanjutan saja sudah tidak terpenuhi? Pencemaran laut terlihat nyata. Narasi apa yang hendak dibangun? LIN kah atau industrialisasi mineral?

Saya jadi ingat lagi tentang hilangnya ikan-ikan yang berada di teluk Kao Halmahera Utara. Ikan-ikan teri yang menjadi primadona petambak kini hilang karena laut tercemar akibat tumpahan material dari aktivitas pengangkutan.

Hilang ikan, hilang mata pencaharian, hilang rupiah. Pantas saja, ketika bertandang ke pasar tradisional, seorang nelayan mengeluh hasil tangkapan ikan dasarnya tak lagi sama karena kehadiran tambang di Pulau Obi. 

Saya semakin benggong, ketika nelayan yang ku tanyakan juga mengungkapkan akan ada rencana pembangunan tailling laut. Itu, sistem pembuangan limbah tambang ke dalam laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun