Praktik ini lazim terjadi khususnya di Maluku Utara. Setiap tim kandidat akan bergerak di kantong-kantong basis. Di setiap lokasi ada tim-tim kecil yang nantinya bergerak di tiap rumah yang sudah teridentifikasi sebagai pemilih kandidat yang mereka usung.
Bahkan ada jargon, ada uang ada suara. Pola laku serangan fajar ini bahkan menciptakan kondisi di mana setiap gang, ada kelompok-kelompok kecil yang rela begadang demi menunggu tim-tim ini datang. Apalagi mendekati momentum pencoblosan.
Tim-tim yang bergerak atau pasukan eksekusi biasanya terdiri dari 2 sampai 3 orang. Selain bergerak malam hari, mereka juga terkadang bergerak di lokasi TPS. Bernegoisiasi dengan pemilik suara yang belum menentukan pilihan.
Pola lain adalah dengan mencatat setiap nama yang masuk dalam pemilih kandidat. Nama-nama ini akan di beri uang pada saatnya tiba.
Baru dua hari lalu saya menelpon salah satu keluarga di Kota Ternate. Dalam obrolan, tanpa sadar ia kecoplosan mengungkapkan bahwa sudah diberi uang oleh tim salah satu kandidat untuk memilih kandidat tertentu.Â
Selain itu, semalam saya juga menemukan ada beberapa postingan postingan di laman Facebok, yang menunjukan sebuah amplop berisi uang 200 ribu yang diterimanya dari salah satu tim kandidat sembari berisi caption. "Hati-hati serangan fajar sudah dimulai".
Sementara itu, pihak penyelengara juga sudah mulai mengendus adanya aliran uang yang masuk ke Maluku Utara. Salah satu daerah yang diduga sudah masuk ialah Kabupaten Kepulauan Sula (1).
Dalam istilah orang Maluku Utara ialah, uang sudah masuk atau kontainer sudah masuk.
Bagi saya sendiri, melawan money politik butuh kesadaran pada masing-masing individu. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa bentuk politik Indonesia saat ini berwujud transaksional.Â
Biaya politik atau ongkos politik yang mahal telah menyebabkan tindakan kotor tercipta. Money politik salah satunya. Bahkan pengalaman saya, tak pelak bentuk transaksi ini bahkan menyentuh pihak penyelenggara.
Politik IdentitasÂ