" Sudah dapat berapa ekor,"? tanya ia kemudian.
"Baru 10 ekor saja" jawabku sombong.
Beberapa menit kemudian kami basa-basi sembari saya yang asik menarik ikan.Â
" Eh, iya bagimana dengan kegiatan kalian" tanya Safrudin di sela saya melempar umpan.
"Jadi. Tapi masih binggung harus ambil kayu untuk tiang dimana," jawabku.
"Ambil saja yang dekat" Ujarnya sambil menunjuk sebuah bukit yang tak jauh dari jembatan.
" Oh. bisa? itu tanah siapa biar kita minta ijin," Tanyaku
Ia lantas menjelaskan siapa pemilik kayu di atas bukit tersebut. Bukit yang tak ditanami apa-apa. Padahal, setelah bukit hamparan tanahnya begitu luas dan rata.
"Eh iyo. Kenapa pemilik tanah tidak tanam pala atau cengkih di situ," Tanyaku penasaran
"Oh. Karena ada kandungan emas. Tapi masih muda,"Â
Jawabannya membuat saya melongo. Pantasan saja pepohonan di sana kelihatan tidak subur. Daun yang seharusnya hijau justru lebih kelihatan menguning.Â