"Sudah di kuasai napsu. Apalagi kalau nge-seks. Sangat mudah mudah tanpa harus ada rayuan dan memberi keyakinan," Sesalnya.
Di lingkungan keluarga, api terbakar sangat panas. Tak ada restu yang di terima. Keluarga yang cukup terpandang ini bersikukuh agar hubungan itu di akhiri. Masalah ini di pandang dapat mencoreng nama baik keluarga.Â
Sang ayah, kata Angki, sudah tak ambil pusing. Ia tak mau berhubungan dengan kondisi yang dialaminya. Anak yang di kandung bahkan menjadi keraguan. Toh,stigma yang melekat, sang wanita pasti banyak berhubungan dengan lelaki lain.
"Ayah saya menggangap tidak ada apapun yang terjadi. Mereka memandang ini sebagai aib yang harus di buang jauh-jauh. Perempuan ini bisa mempermalukan keluarga".
Di hadang prahara haibat, Angki tetap bersikukuh untuk meminang gadis tersebut. Ia, tak mempermasalahkan status sosial yang bakalan muncul kemudian. Tanggung jawab tetap di jalani, karena ia yakin anak tersebut buah kecelakaanya.
" Saya tak mau seperti teman-teman lain. Ketika tau pasangan mereka hamil. Mereka menghilang tanpa jejak. Kan kasihan anak yang tak berdosa itu,"Teguhnya.
Lahir Cinta di bilik Kamar
Rangga dan Angki hanyalah dua contoh kasus cinta lahir dari bilik kamar. Diantara mereka; teman-teman mereka yang gemar pada dunia malam dan bahkan di Indonesia, banyak yang mengalami nasib yang sama. Tak jarang, dapat diselesaikan namun kebanyakan pergi tanpa jejak.
Korbannya tentu saja, anak-anak yang lahir karena fantasi seks dan euforia dunia malam. Bahkan, menurut penuturan beberapa pekerja seks, anak yang di kandunh kebanyakan di asuh oleh ayah ibu mereka di kampung. Sedangkan sebagian lagi mengaku melakukan aborsi. Baik legal maupun tak legal.
Dunia malam penuh efuria. Ada cinta, kesenangan dan hasrat. Banyak yang memilih menghabiskan waktu di club karena hasrat, coba-coba dan mencari kesenangan serta melepas kepenatan akibat lelah bekerja.
Hasrat seksualitas yang tinggi dan mudahnya melakukan hubungan seksual tanpa embel-embel adalah salah satu bonus dunia malam. Tak ada cinta murni yang melekat. Ibarat habis manis, langsung di buang. Keputusan tergantung pada kontrol diri serta maksud dan tujuan melibatkan diri kedalamnya.