Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Senso Tua Pemberi Nafkah

1 Oktober 2020   09:11 Diperbarui: 3 Oktober 2020   01:24 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menebang pohon ia cukup idealis. Ia tidak menebang sembarangan. Terutama di hutan lindung. Ia hanya menerima pesanan dan kayu yang ia tebang ialah milik warga sendiri. Ia tak mau menebang sembarangan walaupun pohon yang tak di miliki orang.

Keahliannya dalam mengoperasikan sensor membuat ia satu-satunya penebang pohon yang bertahan di kampung. Dulu ada lebih dari 10 orang namun tawaran yang menggiurkan dari salah satu perusahaan kayu loging di Sidangoli membuat mereka meninggalkan kampung.

Ia sendiri memilih bertahan karena ia tak mau ikut terlibat menebang pohon karena kepentingan Industri.

Walaupun hanya ia satu-satunya yang tersisa dalam profesi ini, tapi tidak menjamin ia tercukupi dalam hal kesejateraan.

"Ba sensor so lama, tapi tidak bisa beli mobil," candanya

"Jadi sekolah bae-bae (baik-baik) biar jadi orang hebat, terus urus ini hutan. Banyak orang yang asal potong dong (mereka) rusak hutan,"

Ia pun menceritkan pengalaman pahitnya ketika disambangi polisi hutan karena di tuduh terlibat pembalakan liar. Padahal, ia sendiri tak tau menahu perihal itu.

Ia harus berurusan dengan polisi namun karena kurangnya bukti ia kemudian dilepaskan. Kejadian itu bukan sekali, tapi berulang kali.

Ia mengungkaplan bahwa pembalakan liar cukup sering terjadi. Banyak dari mereka melakukan penebangan di hutan lindung yang di dalamnya terdapat habitat asli Halmahera yakni Burung Bidadari.

"Coba liat lokasi menuju Sidangoli di dekat gunung potong ; bukit yang dibelah menjadi jalan. Disitu dulu burung Bidadari Halmahera banyak tapi sekarang so (sudah) hilang samua (samua).

Pak Sulaiman sendiri sering bertemu dengan mereka (pelaku pembalakan liar) di hutan, namun ia tak berani menegur karena ada bekengan dari aparat. Ia memilih diam dan hanya sakit hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun