Proses falaamos sekarang sudah menggunakan alat sederhana yang dibuat warga dari bahan kayu dan kofo (jaring). Selain metode ini, ada metode lain yang masih diptaktekan yakni menggunakan tangan. Di mana akan ada dua atau tiga orang dalam satu baskom berjejer dan terdapat lebih dari 5 baskom.
Hal yang paling penting pada proses ini ialah air. Sehingga sebelum kegiatan dimulai, anak-anak sudah terlebih dulu mengisi air yang diambil dari parigi atau sumur. Sebab air di sini jalan pada saat sore hari. Hasil program cipta karya dari PU.
 Tuan rumah juga sigap menyuguhkan teh atau kopi jika yang memeras ialah kaum pria, atau remaja. Sebab selain ibu-ibu, kegiatan ini juga jadi keahliannya para bapak-bapak. Yap tapi hanya falaamos saja sebab urusan pertungkuan dan permasakan milik emak-emak. wkwkwkw...lanjut.
Setelah menghasilkan santan kelapa, kemudian akan ditampung di drum diisi air agar menghasilkan endapan minyak mentah. Jika faalamos dilakukan pagi hari maka sore harinya sudah bisa menghasilkan minyak mentah untuk diolah atau di kampung disebut roroba. Proses ini membutuhkan matahari untuk pemanasan alami.
Ada dua cara, santan diisi ke drum selama sehari atau langsung dimasak. Keduanya sama, menghasilkan endapan minyak mentah yang nanti bakal diolah lagi.
Ribetnya jika langsung dimasak, wadah yang dibutuhkan harus besar dan cenderung lama dalam proses memasak. Sehingga alternatif terbaik ialah menggunakan drum agar tak perlu susah payah menyaring endapan minyak mentah jika dilakukan dengan metode memasak. Walaupun demikian kedua metode ini tetap dilakukan.
Santan yang tidak menghasilkan atau sisa roroba akan dibuang dan minyak mentah yang sudah ditampung akan dimasak lagi. Minyak mentah ini berbentuk seperti jeli namun tidak kenyal. Endapan ini sudah setengah jadi menuju minyak kelapa murni.