Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Virgin Coconut Oil dari Tangan Emak-emak Desa

17 Agustus 2020   14:17 Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:53 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses falaamos sekarang sudah menggunakan alat sederhana yang dibuat warga dari bahan kayu dan kofo (jaring). Selain metode ini, ada metode lain yang masih diptaktekan yakni menggunakan tangan. Di mana akan ada dua atau tiga orang dalam satu baskom berjejer dan terdapat lebih dari 5 baskom.

Dokpri
Dokpri
dokpri
dokpri
Baskom pertama adalah parutan kelapa yang menghasilkan santan kental atau hasil pemarutan awal. Setelah diperas, ampas kelapa perasan baskom pertama akan dioper ke baskom kedua yang sudah mengunggu, kemudian dioper lagi ke baskom ketiga sampai baskom terakhir hingga ampas kelapa sudah tak bersantan.

Hal yang paling penting pada proses ini ialah air. Sehingga sebelum kegiatan dimulai, anak-anak sudah terlebih dulu mengisi air yang diambil dari parigi atau sumur. Sebab air di sini jalan pada saat sore hari. Hasil program cipta karya dari PU.

Cara Tradisional (Dokpri.)
Cara Tradisional (Dokpri.)
Santan Hasil perasan (dokpri)
Santan Hasil perasan (dokpri)
Santang Hasil Peras (Dokpri)
Santang Hasil Peras (Dokpri)
Suasana faalamos penuh kehangatan dibalut cerita-cerita lucu atau mob. Baik itu cerita yang mereka alami sendiri atau cerita.

 Tuan rumah juga sigap menyuguhkan teh atau kopi jika yang memeras ialah kaum pria, atau remaja. Sebab selain ibu-ibu, kegiatan ini juga jadi keahliannya para bapak-bapak. Yap tapi hanya falaamos saja sebab urusan pertungkuan dan permasakan milik emak-emak. wkwkwkw...lanjut.

Setelah menghasilkan santan kelapa, kemudian akan ditampung di drum diisi air agar menghasilkan endapan minyak mentah. Jika faalamos dilakukan pagi hari maka sore harinya sudah bisa menghasilkan minyak mentah untuk diolah atau di kampung disebut roroba. Proses ini membutuhkan matahari untuk pemanasan alami.

Ada dua cara, santan diisi ke drum selama sehari atau langsung dimasak. Keduanya sama, menghasilkan endapan minyak mentah yang nanti bakal diolah lagi.

Ribetnya jika langsung dimasak, wadah yang dibutuhkan harus besar dan cenderung lama dalam proses memasak. Sehingga alternatif terbaik ialah menggunakan drum agar tak perlu susah payah menyaring endapan minyak mentah jika dilakukan dengan metode memasak. Walaupun demikian kedua metode ini tetap dilakukan.

Santan yang dimasukan ke drum dan di Isi air (Dokpri)
Santan yang dimasukan ke drum dan di Isi air (Dokpri)
Setelah didiamkan atau difermentasi alami menggunakan matahari, warga kemudian akan mengecek apakah santan sudah menghasilkan minyak mentah atau belum. Jika sudah, maka sedikit demi sedikit akan diambil menggunakan dayung atau aru-aru sebuah dayung  khusus dari bambu dan batok kelapa. 

Santan yang tidak menghasilkan atau sisa roroba akan dibuang dan minyak mentah yang sudah ditampung akan dimasak lagi. Minyak mentah ini berbentuk seperti jeli namun tidak kenyal. Endapan ini sudah setengah jadi menuju minyak kelapa murni.

Dokpri
Dokpri
Proses selanjutnya minyak setengah jadi tadi kemudian di masak atau dipanaskan di tungku perapian maupun kompor. Yap, di sini mayoritas menggunakan kompor sehingga permintaan minyak tanah begitu cukup tinggi dan kadang menjadi faktor penyumbang inflasi. Proses ini memakan waktu 1-2 jam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun