Saya diam, mencoba mengikuti alur ceritanya tanpa menyela sedikitpun. ia kemudian  melanjutkan
Bukan hanya saya,banyak kolega-kolega saya bernasib sama. Padahal, banyak dari mereka adalah orang-orang yang hidunya tak mau mencari perkara. Kami juga tak bisa berbuat apa-apa, toh tak ada pucuk kepemimpinan yang kami kenal atau keluarga kami, Tambahnya.
Obrolan malam itu menjadi pelengkap cerita yang menegaskan bahwa demokrasi di wilayah yang jauh dari sistem kontrol negara selalu menjadi maslahah terutama bagi mereka yang hidup di kampung-kampung kecil.Â
Kami mengahiri obrolan malam itu ditengah bisingnya kenalpot mesin kapal ini. Rasa ngantuk dan kedinginan memaksa kamk untuk kembali ke tempat tidur masing-masing.
Ibu Guru Satu Anak
Ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin ini peribahasa yang pas untuk mengurai benang merah dari masalah yang dihadapi oleh guru satu anak ini.
Suaminya, pada momentum pilkada menjadi tim sukses paslon A. Berhadapan dengan paslon B si petahana.
Saking kasar cara mainnya (kata orang Malut), Ia tak segan-segan menolak kandidat yang masuk dan mengklaim desanya merupakan basis si A.Â
Ia tak segan-segan menyudutkan warga desa yang menjadi tim sukses dari lawan politiknya. Hingga, petaka tak dapat di hindari. Ia dan kandidatnya kalah. Alhasil tak menunggu lama setelah pelantikan, istrinya yang seorang guru PNS dimutasi jauh ke daerah pelosok dan terluar.Â
Yap, inilah karakater berikutnya yang sering saya temukan. Latar belakang ini dijadikan senjata bagi lawan-lawan politik dengan melihat sisi kehidupan keluarga. Apa pekerjaannya, dimana ia bekerja, apa statusnya, apa pangkatnya dll.Â
Sekali lagi kejadian ini bukan hal baru namun sudah lazim terjadi. Bahkan, selain di pindahkan terkadang tertahan dalam pengurusan pangkat dll...