Mohon tunggu...
Ofis Ricardo
Ofis Ricardo Mohon Tunggu... Pengacara - Pengajar Hukum Tata Negara; Advokat - Kurator kepailitan

Pengajar Hukum Tata Negara; Advokat - Kurator kepailitan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KMP, KIH dan Reshuffle Jilid II

3 Agustus 2016   12:35 Diperbarui: 3 Agustus 2016   12:44 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Juan Linz bila presiden terpilih bukan dari kelompok dengan suara mayoritas di parlemen maka akan menghasilkan tirani minority president. Hal ini akan berimplikasi kepada banyak hal, salah satunya adalah kemandekan yang berkepanjangan, terlebih eksekutif dan parlemen adalah dua lembaga yang terlegitimasi secara mandiri. Kondisi ini pula lah yang menjadi penyebab presiden selalu tergantung pada parlemen.

Sistem presidensialisme multipartai yang demikian saat ini sedang terjadi di Indonesia. Presiden hanya disibukkan untuk “menjinakkan” partai dengan tujuan agar mendukung program pemerintah hingga dapat memimpin pemerintahan hingga akhir masa jabatannya.

Disini lah implikasi presidensialisme multipartai dimulai. Kegamangan dalam menerapkan presidensialisme yang diterapkan secara bersamaan dengan multipartai berdampak pada kemandekan(imobilis). Berimplikasi pada stagnasi pemerintahan, konflik presiden dan parlemen hingga terjadi instabilitas politik, yang lebih jauh secara langsung berpengaruh kepada kesejahteraan rakyat.

Oleh karena itulah, Hanta Yuda menyebut presidensialisme multipartai khususnya di Indonesia saat ini sebagai “Presidensialisme Setengah Hati”. Karena disatu sisi sistem ini mengebu-ngebu ingin kekuasaan pemerintahan dikendalikan sepenuhnya oleh presiden, namun secara bersamaan parlemen juga “mengendalikan” pemerintahan.

 

Ofis Ricardo, S.H., M.H.
(Direktur Eksekutif Welfare State Indonesia)

 

_________________

Dimuat pada Rakyat Merdeka Online www.rmol.co 2 Agustus 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun