Ini bukan Panggung Srimulat
Pula bukan Warkop DKI
Tempat orang desa nonton banyolan
Bahagia menertawai kekonyolan hidup
Ini adalah kisah pewayangan
Dimana keniscayaan terjadi di Peternakan Manor
Dahulu Raja Kedua menginjak bunga
Kuat tangannya mencekik waktu
Kala Raja Ketujuh meluaskan hutan
Seluruh binatang pun tercekik hak
Di bumi nusantara
Perang Barathayuda berlangsung
Kurawa tampil kuat
Pandawa muncul lemah gemulai
Bung Besar pun berdiri diatas gundukan
Hidup menyampah dimana-mana
Memperbudak orang berwajah Billy
Yang salah asuhan
Semar pun menangis sedih
Melihat fajar rembang diseret turun di pagi hari
Dan melihat kebodohan kekal abadi menghujat Sabda Palon
Menyalahkan pengakuan Pariyem, dan
Mengagungkan Sengkuni
Melihat sumber mata air
Jiwa tua Pram pun merenung
Asa meminjam keinginan si Binatang Jalang
Berangan hidup kembali
Hendak menggores pena
Saat semua duduk menunggu Godot
Langit menakdirkan kecebong melompat
Lantang menggelegarkan kenyataan
Wong cilik pun pusing hilir mudik
Yang bermulut pedis menatap wajar kecebong melompat
Yang bernafas pe'te meludahi ketidak-pantasan anak kodok melompat
Di sawah yang menguning
Petani tiada daya mengusir burung
Kesadaran menjadikan diri arif
Takdir langit setangkai padi dimakan burung
Di kolam penuh bunga
Kodok berenang menitip salam kesadaran
-Makasaar, 06 Juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H