Ada payung yang menahan rintik hujan dari kepalaku. Payung hitam. Sedikit beruntung karena bukan orang asing yang membawanya, melainkan Denis.
"Urusan di dalam sudah selesai?"
"Sudah"
Aku dan Denis berjalan pelan meninggalkan cafe, menyusuri trotoar sambil menikmati rintik hujan yang mereda dengan cepat. Seakan kesedihan tak bertahan lama untukku.
"Hebat! Kamu hanya perlu menerima kalau gak semua orang yang kita anggap sahabat bisa menganggap kita sebagai sahabat pula. Buktinya ada pepatah air susu dibalas air tuba."
"Kamu benar, selama ini aku seperti pengemis. Memohon kepada mereka agar menerima kehadiranku."
"Gimana reaksi mereka?"
"Kaget." Aku tertawa sinis setelah beberapa menit wajahku menegang, "Sekarang aku gak punya sahabat lagi. Gak tahu juga harus cari dimana."
"Eits ... kali ini kamu gak perlu menawarkan diri atau cari sahabat sendiri. Ada aku."
Aku berhenti sejenak, menyipit kepada Denis yang malah tersenyum geli padaku.Â
"Wah, rasanya cepat sekali lukaku terobati. Terima kasih Denis."