"Apa kami separah itu?" Ujar Tata.
"Apa kalian gak bisa memahaminya sendiri?" Aku balas bertanya.
"Kenapa kamu jadi seperti ini?" Kia mulai bisa mengontrol tangisnya yang sesegukan.
"Sebenarnya, aku sengaja meminta kalian datang untuk membahas ini. Tapi aku gak tahu harus mulai darimana. Ketika game itu dimulai dan pertanyaannya tepat dengan kondisiku, aku berpikir 'oh, inilah saatnya' seperti benang merah bukan?"
"Aku masih gak paham apa maksudmu. Kenapa aku yang kamu benci?"
"Aku malas mengulas kisah masa lalu. Terlalu jauh untuk diingat kembali. Yang pasti, jujur saja sampai sekarang hatiku masih sakit karena ulahmu. Entah apa yang akan kamu jelaskan kalau saat itu aku memberimu kesempatan bicara."
"Maaf kalau aku ada salah. Tapi aku gak tahu apapun." Secara harfiah, Kia tidak mengakui kesalahannya, dia hanya menggiring opini seolah sedang dizolimi.
"Aku sudah lelah. Sepuluh tahun kita bersama, terpisah karena tempat pendidikan yang berbeda, rupanya apapun bisa menggerus persahabatan kita. Bukan, persahabatan kalian dan aku-yang berharap bisa menjadi sahabat kalian. Entah bagaimana harus kuakhiri, tapi memang harus berakhir sampai di sini. Aku gak akan lagi memaksa kalian untuk mendengarkan celotehanku, membantu tugasku, atau mempedulikanku. Aku sadar, selama ini ada gap di antara kalian dan aku. Namun, selalu kupaksa agar bisa masuk ke dalam lingkaran persahabatan kalian. Aku hanya seorang penyusup, pengacau, yang mestinya gak pernah ada sejak awal."
Tata menyangkal, "Kita gak pernah menganggapmu begitu."
"Hmm... aku rasa waktunya gak akan cukup untuk bercerita dari a sampai z supaya kalian mengerti. Jangan khawatir. Semua benar-benar sudah kumaafkan, dan akupun akan benar-benar pergi dari kehidupan kalian. Terima kasih atas pengalaman berharga sepuluh tahun ini."Â
Untung aku sempat menyesap cokelat hangat yang baru diantar oleh pelayan meski hanya setengah cangkir. "Ah, tagihan makanan ini sudah kubayar semua, kalian gak perlu repot-repot membuka dompet, menghitung pembagian bill beserta pajak, dan memutuskan siapa yang maju ke kasir. Aku pergi ya!"