Gunungkidul dikenal dengan kekayaan alam lautnya yang memesona. Puluhan pantai di kawasan selatan menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai daerah.Â
Sepintas, daerah ini terlihat menjanjikan secara ekonomi. Namun, kenyataannya tidak semua warga di Gunungkidul menikmati kesejahteraan dari sektor pariwisata.Â
Banyak padukuhan yang tetap terisolir secara ekonomi dan tidak terlibat dalam pariwisata. Di beberapa daerah, warga harus berjuang keras untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Realitas kehidupan di pedesaan Gunungkidul menunjukkan banyak warga yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Tidak sedikit yang terjebak dalam kemiskinan dan jerat hutang.Â
Kaum tani di kawasan ini menghadapi tantangan berat dalam mengembangkan sektor pertanian dan peternakan di tengah kondisi alam yang kering dan minim sumber air.Â
Kondisi Kemiskinan
Kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul menunjukkan sedikit penurunan pada 2024 dibandingkan 2023, baik dari segi jumlah penduduk miskin maupun persentasenya.Â
Pada 2023, jumlah penduduk miskin mencapai 122,24 ribu atau 15,60% dari total penduduk, sedangkan pada 2024 turun menjadi 120,41 ribu atau 15,18%. Â
Meskipun garis kemiskinan meningkat dari Rp 382.249,00 per kapita per bulan pada 2023 menjadi Rp 401.209,00 pada 2024, indeks kedalaman kemiskinan menurun dari 2,71 menjadi 2,56, menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan sedikit membaik.Â
Namun, indeks keparahan kemiskinan justru meningkat dari 0,60 menjadi 0,65, yang mengindikasikan adanya kelompok penduduk miskin yang kondisinya semakin parah.
Peran Krusial Dukuh
Dukuh tidak hanya bertugas sebagai pemimpin administratif, tetapi juga berperan aktif dalam mendorong pembangunan ekonomi warga. Â
Dukuh dapat memanfaatkan Bantuan Keuangan Khusu, dan dana desa sebagai salah satu sumber pendanaan untuk meningkatkan infrastruktur, dan pemberdayaan ekonomi warga.Â
Dengan pengelolaan yang baik, BKK, dan dana desa diharapkan mampu menciptakan berbagai peluang usaha baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain mengelola BKK ataupun dana desa, padukuhan juga perlu memiliki perencanaan yang matang dalam memfasilitasi peningkatan ekonomi warga.Â
Di padukuhan yang warganya mengandalkan sektor pertanian, perencanaan ini menjadi tantangan karena hasil panen hanya bisa diharapkan saat musim penghujan.Â
Seorang Dukuh harus jeli dalam menentukan program-program yang dapat menunjang pendapatan masyarakat di luar musim tanam.
Kondisi Warga Masyarakat
Di kawasan Kecamatan Semanu, khususnya di kalurahan Candirejo dan Dadapayu, beberapa padukuhan seperti Jati, Bulu, Nongkosingit, dan Ngalangombo berada dalam kondisi yang memprihatinkan.Â
Jarak padukuhan ini dari pusat kota dan pantai selatan mencapai sekitar 18 kilometer. Sedangkan jarak ke kota kecamatan sekitar 19 km.Â
Tidak adanya akses wisata menjadikan wilayah ini seolah-olah terisolir dan terpinggirkan dalam peta ekonomi pariwisata. Selain itu kondisi tanah yang kurang subur juga menambah kesulitan bagi warga untuk bertani atau beternak.
Kondisi tanah yang kurang subur juga menambah tantangan bagi masyarakat dalam sektor pertanian dan peternakan, sehingga terbatasnya sumber pendapatan dari sektor-sektor ini membuat wilayah ini semakin sulit berkembang.
Bidang Pendidikan
Padukuhan diatas, misalnya, memiliki keterbatasan dalam hal fasilitas pendidikan. Di padukuhan ini, hanya ada satu Sekolah Dasar (SD) yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dasar bagi anak-anak di sekitar wilayah tersebut.Â
Dengan hanya satu sekolah yang tersedia, tantangan untuk memberikan pendidikan berkualitas menjadi semakin berat, terutama ketika anak-anak yang melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA.Â
Tantangan semakin besar ketika anak-anak harus melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP atau SMA. Dengan jarak 20 kilometer yang harus ditempuh menuju sekolah di pusat kecamatan, akses pendidikan menengah menjadi tantangan tersendiri.Â
Kondisi ini dapat mengakibatkan tingginya angka putus sekolah atau rendahnya motivasi melanjutkan pendidikan karena hambatan jarak dan akses yang sulit.
Komoditas Pertanian
Meskipun memiliki banyak tantangan, Kecamatan Semanu sebenarnya memiliki komoditas pertanian yang beragam dan menjadi sumber mata pencaharian utama bagi banyak warga.Â
Beberapa komoditas pertanian yang diusahakan di Kecamatan Semanu antara lain adalah padi bukan sawah, padi sawah, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, dan sorgum.Â
Tanaman yang memiliki luas panen dan tanam cukup besar di antaranya adalah padi sawah, jagung, dan kacang tanah.Â
Potensi pertanian ini jika dikelola dengan baik dapat menjadi penopang ekonomi yang cukup kuat bagi warga padukuhan, meskipun keterbatasan infrastruktur dan akses pasar sering menjadi tantangan tersendiri.
Terbatasnya Pengembangan Sektor Pertanian
Warga di padukuhan-padukuhan ini sangat mendambakan adanya peningkatan ekonomi. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan cukup terbatas.Â
Kebutuhan hidup terus meningkat, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun biaya pendidikan. Orang tua di Padukuhan Jati, misalnya, perlu mempertimbangkan biaya transportasi untuk anak-anak mereka yang harus menempuh jarak jauh ke sekolah.
Keterbatasan akses ekonomi ini memaksa banyak warga untuk bekerja serabutan atau merantau ke Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. Tidak sedikit pemuda desa yang bekerja di sektor-sektor seperti percetakan buku, rumah makan dan industri lainnya di perkotaan.Â
Keputusan mereka merantau sebenarnya adalah bentuk tanggung jawab mereka sebagai tulang punggung keluarga yang tinggal di desa. Mereka berkontribusi dalam menopang perekonomian keluarga dari kejauhan.
Pentingnya Prioritas Pembangunan Desa
Menghadapi berbagai tantangan ini, sangat penting bagi pemerintah untuk lebih serius mengangkat dan memprioritaskan pembangunan di kawasan padukuhan.Â
Pembangunan infrastruktur, terutama akses jalan yang memadai, perlu menjadi perhatian utama. Dukungan untuk memudahkan akses ekonomi, terutama di sektor pertanian, juga harus diperhatikan demi menciptakan kemandirian ekonomi bagi warga.
Selain itu Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di pedesaan menjadi langkah yang tak kalah penting. Dengan mengubah pola pikir masyarakat agar lebih adaptif, inovatif, dan memiliki daya juang yang tinggi, diharapkan warga padukuhan mampu menghadapi berbagai tantangan.
Selain itu, para pamong dan perangkat di padukuhan juga perlu dibekali keterampilan manajemen dan perencanaan pembangunan ekonomi.Â
Keterampilan ini akan membantu mereka mengidentifikasi potensi dan merancang program-program pemberdayaan ekonomi yang tepat bagi masyarakat.Â
Pemberdayaan Pemuda dan Gerakan Ekonomi
Pemuda-pemuda yang 'masih setia' tinggal di padukuhan juga perlu diberdayakan semaksimal mungkin. Mereka adalah aset berharga yang dapat menggerakkan ekonomi desa melalui ide-ide kreatif dan semangat mereka.
Dengan menciptakan berbagai kegiatan yang melibatkan pemuda, dukuh dapat membuka peluang usaha baru dan menumbuhkan kemandirian ekonomi di tengah keterbatasan yang ada.
Jika tidak ada gerakan aktif dalam bidang pertanian, peternakan, atau usaha-usaha kreatif lainnya, padukuhan hanya akan menjadi bagian dari sejarah yang sunyi.Â
Oleh karena itu, upaya pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat menjadi suatu keharusan agar kehidupan di padukuhan tetap berdenyut, memberikan harapan bagi setiap warganya.
Peran dukuh yang efektif dalam membangun padukuhan di kawasan Gunungkidul dapat menjadi solusi bagi keterisolasian dan ketertinggalan ekonomi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H