Keputusan memilih tokoh-tokoh dari partai politik bisa menimbulkan kecurigaan bahwa kabinet ini lebih untuk balas budi dukungan selama kampanye daripada memprioritaskan kepentingan bangsa.Â
Publik tentu berharap kabinet yang dihasilkan dapat bekerja dengan optimal tanpa dipengaruhi oleh agenda politik sempit.
Dukungan Solid
Di sisi lain, kabinet akomodatif juga memiliki nilai strategis tersendiri. Dengan melibatkan lebih banyak partai politik, Prabowo bisa mendapatkan dukungan yang lebih solid di parlemen, yang pada gilirannya akan memudahkan proses legislasi dan pelaksanaan program-program pemerintahannya.Â
Dalam konteks sistem presidensial yang multipartai seperti Indonesia, keberadaan dukungan luas di parlemen sangat penting untuk menghindari hambatan dalam perumusan kebijakan.
Namun, terlalu banyak kompromi dengan partai-partai politik bisa merugikan kredibilitas Prabowo sebagai pemimpin yang independen.Â
Efektivitas Pemerintahan
Jika kabinet dipenuhi oleh tokoh-tokoh yang tidak kompeten dan hanya dipilih berdasarkan kepentingan politik, maka efektivitas pemerintahan akan diragukan.Â
Masyarakat, yang menginginkan perubahan nyata, akan kecewa jika kabinet tersebut tidak mampu bekerja secara maksimal dan hanya menjadi alat politik.
Fenomena ini terlihat jelas dalam beberapa kali pemanggilan calon menteri ke rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan.Â
Banyak nama yang muncul merupakan figur lama dari kabinet Presiden Joko Widodo, yang menimbulkan spekulasi bahwa Prabowo cenderung mempertahankan status quo daripada membawa perubahan.Â