Perilaku manipulatif dan dominan merupakan ciri kelima dari megalomania. Individu yang mengalami megalomania sering menggunakan teknik manipulasi atau perilaku dominan untuk mencapai tujuan mereka atau mempertahankan posisi superioritas mereka.Â
Mereka mungkin mengendalikan atau memanipulasi orang lain dan situasi agar sesuai dengan keinginan mereka, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang lain.
Sebagai contoh, seseorang dengan megalomania mungkin menggunakan taktik manipulatif seperti menyebar informasi yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, atau menekan orang lain untuk mendukung agenda mereka.Â
Perilaku ini sering kali didorong oleh kebutuhan untuk mempertahankan kontrol dan dominasi, mengabaikan dampak negatif terhadap hubungan dan lingkungan di sekitar mereka. Dampaknya termasuk kerusakan hubungan dan reputasi yang buruk, di mana mereka mungkin dikenal sebagai orang yang tidak dapat dipercaya.
6. Ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan
Ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan adalah ciri keenam dari megalomania. Individu dengan megalomania biasanya mengalami kesulitan dalam mengakui kesalahan atau kekurangan pribadi.Â
Mereka sering kali tidak mau menerima tanggung jawab atas kegagalan atau kesalahan yang mereka buat, dan lebih cenderung menyalahkan orang lain atau situasi eksternal.
Dalam praktiknya, ini berarti bahwa ketika terjadi kegagalan atau masalah, orang dengan megalomania mungkin mencari kambing hitam atau menyalahkan faktor-faktor di luar kendali mereka, alih-alih mengakui peran mereka sendiri dalam situasi tersebut.Â
Ketidakmampuan ini sering kali menghambat pertumbuhan pribadi dan profesional, karena tidak ada refleksi atau pembelajaran dari kesalahan yang dilakukan. Hal ini bisa menyebabkan kegagalan berulang dan kerugian finansial yang signifikan.
Tindakan Perlu
Ada beberapa hal penting untuk menghindari megalomania, penting untuk menjaga kesadaran diri dengan memahami kekuatan dan kelemahan secara jujur.Â