Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ciri-Ciri Keluarga Disfungsional di Era Digital

3 Agustus 2024   21:38 Diperbarui: 5 Agustus 2024   08:36 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibatnya, anak-anak mungkin merasa tertekan dan frustrasi, yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional mereka dan mengganggu hubungan mereka dengan orang tua serta anggota keluarga lainnya.

Tidak Konsisten

Ketidakonsistenan dalam sebuah keluarga terjadi ketika aturan dan ekspektasi sering berubah-ubah, yang menciptakan kebingungan dan konflik di antara anggota keluarga. 

Misalnya, jika aturan tentang waktu tidur atau tugas rumah tangga terus-menerus berubah tanpa kejelasan, anggota keluarga, terutama anak-anak, bisa merasa bingung dan tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka. 

Ketidakstabilan emosional muncul ketika suasana hati atau reaksi emosional di dalam keluarga tidak konsisten atau sulit diprediksi, menyebabkan ketegangan dan stres.

Penolakan Terhadap Realitas

Denial, atau penolakan terhadap realitas, sering kali menjadi ciri khas dalam keluarga yang mengalami disfungsi. 

Anggota keluarga mungkin secara kolektif menolak mengakui adanya masalah serius seperti ketidakstabilan emosional, kekerasan, atau masalah keuangan yang memengaruhi kesejahteraan mereka. 

Misalnya, jika sebuah keluarga menghadapi masalah alkoholisme salah satu anggotanya, mereka mungkin memilih untuk mengabaikan tanda-tanda ketergantungan tersebut dan terus menjalani kehidupan sehari-hari seolah-olah tidak ada yang salah.

Sikap ini sering kali muncul karena rasa malu, ketidakmampuan untuk menghadapi kenyataan yang menyakitkan, atau ketidakpastian tentang bagaimana mengatasi masalah tersebut. 

Penolakan terhadap realitas menghambat komunikasi yang sehat dan pemecahan masalah, sehingga memperburuk kondisi keluarga dan memperdalam disfungsi yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun