Akibatnya, anak-anak mungkin merasa tertekan dan frustrasi, yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional mereka dan mengganggu hubungan mereka dengan orang tua serta anggota keluarga lainnya.
Tidak Konsisten
Ketidakonsistenan dalam sebuah keluarga terjadi ketika aturan dan ekspektasi sering berubah-ubah, yang menciptakan kebingungan dan konflik di antara anggota keluarga.Â
Misalnya, jika aturan tentang waktu tidur atau tugas rumah tangga terus-menerus berubah tanpa kejelasan, anggota keluarga, terutama anak-anak, bisa merasa bingung dan tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka.Â
Ketidakstabilan emosional muncul ketika suasana hati atau reaksi emosional di dalam keluarga tidak konsisten atau sulit diprediksi, menyebabkan ketegangan dan stres.
Penolakan Terhadap Realitas
Denial, atau penolakan terhadap realitas, sering kali menjadi ciri khas dalam keluarga yang mengalami disfungsi.Â
Anggota keluarga mungkin secara kolektif menolak mengakui adanya masalah serius seperti ketidakstabilan emosional, kekerasan, atau masalah keuangan yang memengaruhi kesejahteraan mereka.Â
Misalnya, jika sebuah keluarga menghadapi masalah alkoholisme salah satu anggotanya, mereka mungkin memilih untuk mengabaikan tanda-tanda ketergantungan tersebut dan terus menjalani kehidupan sehari-hari seolah-olah tidak ada yang salah.
Sikap ini sering kali muncul karena rasa malu, ketidakmampuan untuk menghadapi kenyataan yang menyakitkan, atau ketidakpastian tentang bagaimana mengatasi masalah tersebut.Â
Penolakan terhadap realitas menghambat komunikasi yang sehat dan pemecahan masalah, sehingga memperburuk kondisi keluarga dan memperdalam disfungsi yang ada.