Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berhenti Merokok! Trauma Terpapar Kanker!

29 Juli 2024   10:43 Diperbarui: 31 Juli 2024   23:24 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mengapa Tidak Merokok lagi?

Pada akhir bulan lalu, saya mengunjungi keluarga di Wonosari, Gunungkidul, untuk menengok Pak Lik yang baru saja menjalani operasi kanker otak di salah satu Rumah Sakit di kota Yogyakarta. 

Sebagai bagian dari perawatan pasca-operasi, Pak Lik kini menjalani kemoterapi dengan mengonsumsi obat oral, yaitu pil atau kapsul yang diminum secara rutin.

Kemoterapi adalah metode pengobatan yang bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dengan menyerang sel-sel yang berkembang pesat. Kemoterapi oral berfungsi dengan cara yang mirip dengan kemoterapi infus, yaitu dengan menghentikan proses pembelahan sel kanker. 

Meskipun pengobatan ini dapat efektif, pasien sering mengalami efek samping seperti mual, kelelahan, dan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat selama menjalani kemoterapi sangat penting untuk mengelola efek samping dan menyesuaikan perawatan sesuai kebutuhan pasien.

Saat mengunjungi keluarga di Wonosari, Gunungkidul, saya berbincang dengan keponakan saya, Agus. Agus mengungkapkan bahwa dia telah mengurangi merokok, dan beberapa hari kadang berhenti merokok. 

Saat kami berbincang, Agus mengungkapkan bahwa Pak Lik, baru-baru ini didiagnosis dengan kanker otak. Agus menjelaskan bahwa salah satu faktor pemicu karena ayahnya perokok aktif. 

Dokter telah menyampaikan bahwa merokok sangat berbahaya dan berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit serius, termasuk kanker. 

Pengetahuan ini menjadi salah satu alasan Agus untuk berhenti merokok, karena ia menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh kebiasaan tersebut, baik bagi kesehatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat.

Menurut artikel di [yankes.kemkes.go.id](https://yankes.kemkes.go.id/), kanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling erat kaitannya dengan merokok, dan perokok memiliki risiko jauh lebih tinggi mengalami kanker ini dibandingkan non-perokok. 

Merokok bertanggung jawab atas 90% kematian akibat penyakit paru-paru global.

Meskipun manfaat berhenti merokok mungkin baru terasa setelah sekitar 10 tahun, risiko kematian akibat kanker paru-paru dapat berkurang hingga 50%. 

Selain itu, sepuluh tahun setelah berhenti, risiko kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, kandung kemih, ginjal, dan pankreas juga akan menurun secara signifikan.

Merokok dan Pergaulan 

Di dusun kami, merokok telah lama menjadi bagian dari budaya pergaulan. Tradisi ini terlihat jelas ketika bapak-bapak atau anak-anak muda berkumpul dalam pertemuan, pergi ke ladang, atau sekadar menghabiskan waktu bersama tetangga. 

Rokok seringkali menjadi elemen tak terpisahkan dari aktivitas sosial mereka, seakan-akan menjadi alat komunikasi yang mempererat hubungan antar sesama.

Di samping itu, kebiasaan ini juga terlihat di rumah-rumah warga, di mana mereka sering mengonsumsi teh atau kopi dengan tambahan gula yang sangat manis. Tradisi ini tidak hanya berkontribusi pada kebiasaan merokok tetapi juga mempengaruhi pola makan dan minum yang dapat berdampak buruk pada kesehatan. 

Merokok diketahui memiliki banyak risiko kesehatan, termasuk meningkatkan kemungkinan terkena kanker dan penyakit pernapasan. Ditambah dengan konsumsi minuman manis yang berlebihan, risiko terhadap gangguan kesehatan semakin meningkat. 

Kesadaran akan dampak buruk ini sering kali masih kurang, sehingga perubahan perilaku menjadi tantangan besar.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah negara dengan prevalensi perokok tertinggi di dunia, berada di posisi ketiga setelah Cina dan India menurut Kemenkes RI pada tahun 2018. Data dari survei Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbesar, dengan prevalensi perokok laki-laki mencapai 67% dan prevalensi perokok perempuan sebesar 2,7%.

Jauhkan Penyintas Kanker dari Asap Rokok

Dalam pengalaman saya mendampingi istri yang merupakan penyintas kanker payudara, kami rutin melakukan kontrol ke dokter. Selama setiap kunjungan, dokter selalu menekankan pentingnya menjauhi asap rokok sebagai langkah krusial untuk mencegah kanker. 

Hal ini sejalan dengan informasi yang disampaikan dalam artikel di [kemkes](https://yankes.kemkes.go.id/), yang mengungkapkan bahwa hampir 30-50% kasus kanker dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko dan menerapkan perilaku hidup sehat. 

Artikel tersebut merekomendasikan pendekatan CERDIK sebagai langkah pencegahan, yang meliputi Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. 

Penerapan prinsip-prinsip ini tidak hanya mendukung kesehatan umum tetapi juga membantu dalam mengurangi risiko kanker.

Keputusan keponakan saya untuk berhenti merokok merupakan langkah positif yang sangat baik, terutama mengingat prevalensi merokok yang tinggi di masyarakat kita. 

Rokok tidak hanya menjadi kebiasaan di kalangan orang dewasa, tetapi juga banyak anak-anak dan remaja yang terpapar rokok. Bahkan, beberapa perempuan dan remaja, sudah menjadi perokok aktif.

Memang, mengingatkan mereka untuk berhenti merokok sering kali menjadi tantangan, namun kesadaran akan bahaya kesehatan dari merokok sangat penting.

Rokok mengandung berbagai zat beracun yang dapat menyebabkan dampak serius bagi kesehatan. Zat-zat ini termasuk tar, nikotin, dan karbon monoksida, yang dapat merusak paru-paru, meningkatkan risiko kanker, serta menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular. 

Paparan terhadap zat-zat beracun ini berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit serius dan dapat menurunkan kualitas hidup. 

Oleh karena itu, berhenti merokok bukan hanya bermanfaat untuk individu, tetapi juga penting untuk mengurangi paparan berbahaya bagi orang-orang di sekitar mereka.

Edukasi Bahaya Merokok

Persoalan terkait edukasi tentang bahaya rokok oleh pemerintah, dinas kesehatan, dan sekolah merupakan isu penting yang membutuhkan perhatian serius. 

Saat ini, upaya edukasi seringkali terbatas pada informasi yang dicantumkan pada bungkus rokok, seperti peringatan tentang kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin. 

Meskipun peringatan ini penting, seringkali mereka tidak cukup efektif dalam mencegah kebiasaan merokok, terutama di kalangan remaja dan orang dewasa yang mungkin sudah terpapar kebiasaan ini.

Selain rokok, vape juga telah menjadi perhatian karena dianggap sebagai alternatif yang lebih aman namun tetap berpotensi berbahaya. Vape mengandung nikotin dan bahan kimia lain yang dapat menimbulkan risiko kesehatan, termasuk dampak negatif pada sistem pernapasan dan potensi adiksi. 

Oleh karena itu, edukasi kesehatan harus mencakup informasi tentang risiko kesehatan dari vape juga, bukan hanya rokok. 

Penambahan informasi tentang bahaya vape dan dampak asap rokok terhadap keluarga serta lingkungan sekitar dalam program edukasi dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong langkah-langkah pencegahan yang lebih komprehensif.

Upaya edukasi yang ada perlu diperluas untuk mencakup dampak kesehatan dari asap rokok terhadap orang di sekitar perokok, termasuk keluarga dan tetangga. 

Asap rokok, yang dikenal sebagai asap rokok pasif, juga berpotensi menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan pada orang yang terpapar. 

Pendekatan yang lebih komprehensif ini akan membantu masyarakat memahami bahwa bahaya rokok tidak hanya terbatas pada perokok itu sendiri tetapi juga berdampak pada orang-orang di sekeliling mereka, sehingga mendorong tindakan pencegahan yang lebih efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun