Mohon tunggu...
Sariyanto
Sariyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Hobi membaca dan menulis, tertarik dalam bidang pendidikan, teologi, dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Suami Istri dalam Mengatasi Disfungsi Keluarga di Era Digital

12 Juli 2024   09:29 Diperbarui: 12 Juli 2024   13:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan teknologi, khususnya media sosial, telah mengubah lanskap interaksi keluarga secara signifikan. Meskipun memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan mengakses informasi, media sosial juga membawa dampak negatif yang tidak dapat diabaikan. Kecanduan terhadap media sosial menjadi masalah serius yang dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan keluarga. 

Selain itu, penyebaran informasi palsu atau hoaks melalui platform ini dapat memicu kebingungan dan konflik dalam keluarga, menyebabkan ketegangan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sementara media sosial memberikan manfaat dalam hal konektivitas, keluarga perlu menerapkan penggunaan yang bijak untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan komunikasi yang sehat tetap terjaga.

Garry R. Collins mengidentifikasi bahwa masalah utama dalam keluarga sering kali disebabkan oleh kekurangan karakter yang diperlukan untuk membentuk keluarga yang sehat. Ketidakmampuan dalam keterampilan interpersonal, kurangnya komitmen, ketidakjelasan dalam peran, dan ketidakstabilan lingkungan merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah dalam dinamika keluarga. Pentingnya komunikasi yang efektif dan komitmen yang kuat sangat ditekankan untuk memecahkan sengketa dan memperbaiki hubungan yang terganggu.

Disfungsi keluarga, di mana keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dapat membawa dampak negatif bagi anggotanya, salah satunya adalah melemahnya rasa pentingnya keluarga. 

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman buruk dalam keluarga seperti konflik berkepanjangan atau kurangnya dukungan emosional, kurangnya pemahaman tentang pentingnya dukungan sosial dan emosional dari keluarga, serta perubahan struktur keluarga seperti meningkatnya jumlah keluarga dengan orang tua tunggal atau pasangan sejenis, dan mobilitas tinggi yang membuat banyak keluarga hidup terpisah. 

Faktor-faktor ini dapat membuat individu merasa bahwa keluarga tidak begitu penting, yang dapat berakibat negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka serta menghambat perkembangan mereka dalam menjalin hubungan yang sehat di masa depan.

Namun, di tengah berbagai tantangan ini, penting untuk diingat bahwa keluarga tetaplah institusi penting yang memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Alkitab, dalam berbagai ayatnya, memberikan panduan dan peneguhan tentang pentingnya keluarga dan bagaimana menjaganya agar tetap harmonis dan bahagia. Salah satu contoh pentingnya peran keluarga ditegaskan dalam Efesus 5:25-27. 

Ayat-ayat ini menekankan kasih Allah sebagai fondasi utama dalam membangun keluarga yang bahagia. Suami diibaratkan sebagai Kristus yang mengasihi jemaat dengan penuh pengorbanan, dan istri digambarkan sebagai jemaat yang tunduk dengan kasih kepada suaminya, sebagaimana ia tunduk kepada Tuhan. 

Dinamika kasih dan ketaatan ini mencerminkan pentingnya kehadiran Allah dalam struktur keluarga. Kehadiran Allah dalam keluarga membawa kekuatan, kasih, dan bimbingan yang membantu keluarga melalui berbagai tantangan dan rintangan.

Dalam konteks keluarga Kristen, peran suami dan istri memiliki signifikansi besar dalam meneruskan iman kepada generasi berikutnya. Alkitab menegaskan bahwa keluarga bukan hanya merepresentasikan kehadiran Allah tetapi juga merupakan inti dari kehidupan Kristen. Institusi pernikahan dianggap sakral dan memiliki makna yang mendalam dalam ajaran agama. 

Firman Tuhan menggariskan bahwa kesatuan antara laki-laki dan perempuan adalah fondasi yang krusial dalam membangun keluarga yang kokoh dan berpusat pada nilai-nilai iman. Seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:24, "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun