Studi-studi ini menegaskan bahwa lingkungan keluarga yang tidak sehat dapat menjadi faktor risiko penting dalam menentukan kehidupan dan kesejahteraan anak-anak di masa depan.Â
Oleh karena itu, pendekatan pencegahan yang tepat, seperti intervensi dini melalui konseling keluarga dan dukungan sosial, menjadi krusial untuk membantu mengurangi prevalensi keluarga disfungsional dan memfasilitasi pembentukan lingkungan keluarga yang lebih aman, mendukung, dan stabil bagi perkembangan anak-anak.
Perkembangan teknologi, khususnya media sosial, telah mengubah lanskap interaksi keluarga secara signifikan. Meskipun memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan mengakses informasi, media sosial juga membawa dampak negatif yang tidak dapat diabaikan. Kecanduan terhadap media sosial menjadi masalah serius yang dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan keluarga.Â
Selain itu, penyebaran informasi palsu atau hoaks melalui platform ini dapat memicu kebingungan dan konflik dalam keluarga, menyebabkan ketegangan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sementara media sosial memberikan manfaat dalam hal konektivitas, keluarga perlu menerapkan penggunaan yang bijak untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan komunikasi yang sehat tetap terjaga.
Garry R. Collins mengidentifikasi bahwa masalah utama dalam keluarga sering kali disebabkan oleh kekurangan karakter yang diperlukan untuk membentuk keluarga yang sehat. Ketidakmampuan dalam keterampilan interpersonal, kurangnya komitmen, ketidakjelasan dalam peran, dan ketidakstabilan lingkungan merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah dalam dinamika keluarga. Pentingnya komunikasi yang efektif dan komitmen yang kuat sangat ditekankan untuk memecahkan sengketa dan memperbaiki hubungan yang terganggu.
Disfungsi keluarga, di mana keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dapat membawa dampak negatif bagi anggotanya, salah satunya adalah melemahnya rasa pentingnya keluarga.Â
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman buruk dalam keluarga seperti konflik berkepanjangan atau kurangnya dukungan emosional, kurangnya pemahaman tentang pentingnya dukungan sosial dan emosional dari keluarga, serta perubahan struktur keluarga seperti meningkatnya jumlah keluarga dengan orang tua tunggal atau pasangan sejenis, dan mobilitas tinggi yang membuat banyak keluarga hidup terpisah.Â
Faktor-faktor ini dapat membuat individu merasa bahwa keluarga tidak begitu penting, yang dapat berakibat negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka serta menghambat perkembangan mereka dalam menjalin hubungan yang sehat di masa depan.
Namun, di tengah berbagai tantangan ini, penting untuk diingat bahwa keluarga tetaplah institusi penting yang memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Alkitab, dalam berbagai ayatnya, memberikan panduan dan peneguhan tentang pentingnya keluarga dan bagaimana menjaganya agar tetap harmonis dan bahagia. Salah satu contoh pentingnya peran keluarga ditegaskan dalam Efesus 5:25-27.Â
Ayat-ayat ini menekankan kasih Allah sebagai fondasi utama dalam membangun keluarga yang bahagia. Suami diibaratkan sebagai Kristus yang mengasihi jemaat dengan penuh pengorbanan, dan istri digambarkan sebagai jemaat yang tunduk dengan kasih kepada suaminya, sebagaimana ia tunduk kepada Tuhan.Â