Dirinya merupakan anak dari keluarga miskin. Ayahnya adalah seorang bejad, setiap hari ayahnya selalu menganiaya dirinya dan istrinya. Istrinya tak kuat menerima perlakuan buruk itu akhirnya memutuskan untuk meninggalkan anak dan suaminya. Murka ayah Mora meluapkan segala amarahnya ke Mora. Tak satu pun hari Mora lewaati tanpa luka memar.
Dirinya benar-benar merindukan sosok ibu yang selama ini baik kepadanya. Dirinya ingin bertemu dengan sang inbu lagi. Mora pun lari dari rumahnya. Dia berlari menuju ke perkotaan, ia ditemukan oleh polisi disana dan segera dibawa menuju rumah sakit. Kondisinya benar-benar parah. Dirinya kekurangan gizi dan penuh luka. Disana ia ditanya apa yang terjadi kepadanya.
Tetapi sebagai bentuk pertahanan mentalnya ia melupakan apa yang telah terjadi padanya. Ia tak bisa menjawab satupun pertanyaan dari polisi. Saat kondisinya membaik, dirinya dibawa oleh kepolisisan menuju panti asuhan.
Disitu ia tumbuh menjadi anak remaja yang cukup pendiam. Dirinya meninggalkan asrama usianya 18 tahun. Dirinya bekerja menjadi seorang waiter di restoran. Selama bekerja ia memiliki seorang teman Bernama Salus.
Tiba-tiba salus berbicara kepadanya apakah kau benar-benar melupakan apa yang telah kamu alama selama ini. Rasa sakitmu selama ini kau lupakan begitu saja? Mora bertanya apa tujuanmu melakukan ini dan siapakah kamu. “Akulah sang pembebas, kalian orang berdosa dan orang sengsara akan aku bebaskan,” Jawabnya. “Sungguh konyol,” Jawab Mora.
Mora yang telah mengingat masa lalunya memutuskan untuk tidak lagi menjadikannya pelariannya untuk menutup dirinya, dirinya telah berubah. “Hanya akulah yang dapat menentukan kebebasanku,” Kata Mora. Mendengar ini Salus menjadi murka dan menyerang Mora.
Mora tidak tinggal diam ia menyerangnya balik. Dirinya berterimakasih kepada Salus karena berkat dirinyalah ia dapat membebaskan dirinya dari masa lalu. Mora dapat mengalahkan Salus dengan sangat mudang. Ia mensirnakan Salus dengan tangannya sendiri. Bertepatan saat itu kutukannya akhirnya terpecahkan. Mora terbangun di goa yang sama, disana terdapat Diff yang mengkawatirkannya.
Mora sempat tidak bernafas untuk beberapa saat. Disana mereka berdua melihat Salus yang berusaha mendekat namun, sebelum itu dirinya menghilang menjadi debu. Mora dan Diff akhirnya Bersama berusaha keluar dari hutan itu. Setelah perjalanan lama akhirnya mereka sampai di sebuah pom bensin. Disana mereka seger meminta bantuan.
Pemilik pom bensin segera menelfon polisi karena yang dihadapannya adalah orang yang menghilang lama. Tak lama polisi datang dan segera mengamankan mereka. Polisi mengintrogasi mereka, mereka menceritakan semua yang mereka alami namun, sesuai dugaan polisi tidak mungkin mempercayai mereka.Mereka dinyatakan sakit jiwa dan segera dibawa ke RSJ.
Selama di RSJ mereka segera di bebaskan karena tidak ditemukannya tanda-tanda sakit jiwa. Pada akhirnya pihk kepolisiian menandai kasus ini sebagai kasus tak terpecahkan. Hutan, desa, kutukan yang dibilang mereka tidak ada. Hutan yang selama ini mereka lalui hanyalah sebuah hutan normal tanpa adanya kekuatan magis. Semenjak saat itu Mora memutuskan untuk menjadi seorang novelis.