Mohon tunggu...
Obed Mangunsong
Obed Mangunsong Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Pelajar

Menggambar / karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan

3 Agustus 2024   21:00 Diperbarui: 3 Agustus 2024   21:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dirinya segera menyuruh warga desa untuk menutup mayat sang kakek dengan kain. Dirinya segera berdoa di depan mayat sang kakek, selesai berdoa ia meminta agar para warga menyiapkan pemakaman untuk sang kakek. Mereka akan menguburkan mayat sang kakek keesokan harinya. 1 hari penuh Mora pakai untuk membantu para warga mempersiapkan acara pemakaman sang kakek. 

Hingga malam hari ia pakai untuk membantu warga desa. Dirinya juga menyempat diri untk berdoa untuk sang kakek. Dirinya pulang cukup larut. Ia sampai ke rumah Pak Pierce dengan sangat Lelah. 

Dirinya tertidur hingga esok siang. Dirinya panik, ia marah kepada Pak Pueri mengapa ia tak dibangunkan untuk melayat sang kakek. Anehnya Pak Pierce sama sekali tak paham denga napa yang dibicarakan oleh Mora. Dirinya berkata kepada Mora bahwa tidak ada seorang kakek di desa ini. Mora merasa kebingungan dan segera pergi meninggalkan rumah Pak Pueri menuju rumah sang kakek. 

Tidak berhenti disitu rumah sang kakek telah tidak ada. Para wrga juga tidak ingat siapa kakek yang dibicarakan Mora seakan kejadian itu tidak pernah terjadi. Mora yang kebingungan memutuskan untuk menuju rumah Amare untuk mencurahkan isi hatinya. Sama seperti orang lain Amare tidak tau siapa kakek yang dibicarakannya namun dirinya memutuskan untuk menghibur Mora yang sedang tidak tenang. Mora mulai menenangkan dirinya, dirinya benar-benar bingung apa yang terjadi dengan desa ini. Amara mengajaknya berjalan-jalan untuk menghibur Mora. 

Selama berjalan-jalan, Amara bercerita tentang masa lalunya. Dirinya adalah seorang berprestasi namun, dibalik itu semua, dirinya tak pernah sekalipun mendapat kasih saying dari orang tuanya sendiri. 

Dirinya merasa muak atas perlakuan itu dan memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Ia berlari tanpa arah dan sampai di desa ini. Dirinya menjelaskan bahwa ia merasa lebih senang berada disini. Dirinya merasa ia hidup tanpa adanya paksaan dari kedua orangtuanya di sini. Sebenarnya Amara ingin dirinya disayangi selayakna seorang orang tua yang menyayangi anaknya. 

Amara mengatakan bahwa ia merasa Bahagia di dekat Mora. Mora tersapu mendengar perkataan Amara. Wajahnya memerah, melihat hal itu Amara tertawa melihatnya. Keasikan mereka berdua tersela oleh waktu. Hari akan menjadi malam. Mereka berdua saling berpamitan untuk kembali.

 

Sesampainya di rumah Pak Pueri, dirinya berbicara dengan Pak Pueri tentang kejadian tadi pagi. Pak Pueri meyakini bahwa hal tersebut bisa terjadi karena kutukan tersebut. Ia sendiri tak tau pasti tentang kutukan yang mereka alami ini. 

Dirinya juga berkata bahwa des aini mendekatkannya untuk menggali masa lalunya sendiri. Dirinya berkata bahwa kutukan ini mengetahui segala tentang orang yang tinggal disini. Kutukan ini seakan merupakan dewa jahat yang bebas melakukan apa saja di tempat ini. 

Dirinya mengungkapkan masa lalunya kepada Mora. Dirinya merupakan seorang pria pemabuk, dirinya berkendara sembari mabuk dan tanpa sengaja ia kecelakaan di hutan tersebut. Dirinya hanya terluka ringan, ia mencoba mencar pertolongan namun, tempat itu sangatlah sepi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun