"Sin, maaf ya. Aku mengambil novel yang mau kau pinjam kemarin. Ini saya kasi kamu. Tapi...tapi...ada sesuatu di dalamnya. Jangan ada orang lain tahu ya Sin."
Sinta tak berpikir panjang. Langsung saja ia ambil novel itu sambil tersenyum Sinta menganggung. Yang begitu membuat hatinya berdebar adalah sentuhan tangan Rio di jemari Sinta. Sesuatu banget terasa menjalar.
Ah, baiknya aku tidur saja. Bua tapa mikirin Rio. Tapi apakah aku jatuh cinta kepada Rio? Rani tertidur pulas bersama kerinduan kepada Rani.
Sesampai di kelas, Sinta membuka buku novel. Secepat kilat Sinta mengambil selembar surat yang dititip Rio. Dia menaruh pada tempat paling rahasia di tasnya. Hatinya kian berdebar.
Hari itu jam belajar  terasa lebih lama buat Sinta. Ia mencari waktu yang tepat dan dapat sendiri keperpustakaan untuk kembalikan buku novel.
"Sin, kamu kok menghilang jam mengaso tadi? Maen petak umpet ya sama Rio?"
"Uh, Ran. Kamu ada aja. Aku ke perpus kembaliin buku."
"Oo, pantes Aku tak melihat mu di kantin. Aku tanya Rio kekasihmu juga bilang tidak tahu." Jawab Rani.
"Ih. Kamu ada aja Ran. Jangat nyebut gitu. Aku tidak enak karena kenyataan tidak ada."
Sinta tak sabaran, untuk bisa segera membaca lembar surat itu. Apakah rasa cinta yang baru tumbuh akan ada yang menyamai? Apakah Rio orang pertama yang menyirami rasa cinta itu? Hanya waktulah yang akan menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H