Akal bulusku mulai bangkit. Aku harus buar permainan, biar Ayuk makin dekat denganku. Pada kesempatan itu:
"Indra, kamu lihat ndak api bergoyang-goyang itu?"
"Mana ada api? Ah, itu bukan api jadi-jadian. Itu semacam obor yang diterpa angin." Jawab Indra cukup keras.
Aku perhatikan Ayuk yang duduk agak jauh dibelakangku mulai mendekat. Juga Ratih dan Manik.
"Itu lagi. Perhatikan. Bayangan hitam bergerak seolah terbang di pepohonan." Bisikku kepada Indra.
"Aku takut Indra. Bagaimana sekarang? Kita sembunyi di mana?" Kata Ayuk disertai anggukan Ratih dan Manik.
Aku berusaha berbisik kepada Ayuk.
"Ayuk sembunyi di dadaku saja." Seketika Ayuk diam-diam menjimpit lenganku. Tak satupun suara terucap.
Indra yang memang lumayan berani berdiri mendekat pada sumber api dan bayangan hitam itu. Walau masih lumayan jauh, tapi bayangan itu nampak lebih jelas. Indra tidak lama lalu berbalik.
"Teman-teman, ndak usah takut. Api itu semancam obor yang dibawa nelayan mencari ikan di Danau Batur. Perahu dan orang di dalamnya seolah terbang dan bergoyang karena api obor yang bergerak."
"Benarkah itu Kak Indra?"
Indra pun tersenyum sambil mengangguk. Dan beberapa menit listrik menyala kembali. Kami bersamaan berteriak.
"Nah, kan bukan hantu Dewo. Itu lampu biasa." Kata Ayuk saat berkemas mau ke mesnya.