Kebetulan Cathay Pacific adalah maskapai yang akan saya naiki. Dan apa betul delay? Seharusnya dari tadi saja saya cek jadwal dari situs resmi Kansai International Airport dengan smartphone saya. Ternyata, Cathay Pacific yang berangkat pukul 10 pagi menuju Hong Kong diundur 5 jam menjadi pukul 3 sore. Wah, alangkah leganya saya!
Setelah berjuang melewati kemacetan, akhirnya bis saya tiba pukul 12 siang. Selanjutnya, saya menemukan kata "typhoon" di beberapa papan pengumuman dalam bandara. Pada detik itu, barulah saya sadar bahwa penyebab utama kekacauan jadwal operasional transportasi umum, termasuk maskapai penerbangan, adalah angin taifun. Maka, hujan deras sejak kemarin adalah efek dari siklus angin taifun tahunan di Jepang, bukan musim hujan biasa!
Suasana dalam bandara begitu padat dan panas seperti pasar seakan-akan pendingin ruangan tidak bekerja maksimal. Untunglah saya masih sempat makan siang dan melihat-lihat cendera mata yang menggoda iman walaupun sebentaran saja. Karena sesudahnya saya harus menghadapi "kemacetan" kloter 2, alias bergabung dengan lautan manusia lainnya yang juga tergesa-gesa ke gate yang dituju.
Para staf bandara nampak sangat sigap menghadapi tumpah-ruahnya calon penumpang dengan membuka-tutup jalur antrian secara bergiliran supaya semua tidak saling berebut. Sederhananya, peran mereka mirip dengan polantas, hanya bedanya mengatur arus lalu-lalang manusia, bukan kendaraan.
Waktu menunjukkan pukul 14.35 ketika saya berhasil lepas dari kerumunan. Masih ada waktu 25 menit lagi hingga pesawat saya lepas landas. Tetapi, semua itu belum selesai karena masih harus naik monorail, tangga berliku hingga lari tancap gas di sepanjang koridor supaya tiba di gate 2 sebelum ditutup.
Sesampainya di gate 2, saya terperanjat nyaris pingsan ketika tidak ada 1 penumpang pun menunggu di dalamnya, kecuali seorang petugas keamanan yang sedang duduk-duduk dan petugas kebersihan yang sedang menyedot debu karpet dengan vacuum cleaner.
Dengan tampang kusut nan panik, saya menghampiri petugas yang duduk santai sambil menunjukkan boarding pass saya kepadanya. Setelah terdiam sejenak, ia menjawab dalam Bahasa Inggris yang patah-patah bahwa gate-nya sudah berpindah ke gate 4.
Tanpa pikir panjang, saya langsung bergegas menuju gate 4 yang untungnya hanya tak sampai 2 menit bila lari cepat. Kemudian, barulah saya lihat barisan penumpang berbondong-bondong mengantri memasuki pesawat. Fiuh!! Aman, tak jadi ketinggalan pesawat.
Selama penerbangan, sebagian besar waktu saya gunakan untuk tidur dan nonton film-film ex layar perak yang terprogram dalam in-flight movies dari maskapai. Semua berjalan lancar sampai saya menyadari bahwa connecting flight dari Hong Kong menuju Jakarta akan berangkat pukul 7 malam waktu setempat. Padahal, pada pukul 6.30 pesawat baru saja mendarat di Hong Kong International Airport (HKIA) dan perlu antri panjang hingga bisa keluar dari pesawat.