Mohon tunggu...
gahpraja
gahpraja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis muda cerpen dan karya sastra lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Menjadi Mobil

20 September 2023   09:00 Diperbarui: 20 September 2023   09:29 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Maksudku Tuhan, dan ciptaannya yang terdzalimi."

            Ah! Dia mulai membawa perihal agama. Aku memilih menutup percakapan. Bagusnya gawaiku tiba-tiba berdering. Aku mengangkat panggilan, meninggalkan ia yang termangu melihatku.

            "Halo..." suara lelaki berat di ujung sana.

            "Ya?" balasku. Selang belasan menit kemudian. Mataku terus melotot dan mulutku ternganga. Temanku yang berada di dipan warung mengamati keheranan.

            "Ada apa?" tanyanya saat aku membayar uang kopi, usai panggilan.

            "Aku mendapat bayaran!" teriakku kegirangan. Panggilan dari orang yang sama saat memintaku menjadi ketua unjuk massa kemarin. Ia tampaknya mengindahkan amarahku. Syukurlah.

            "Berapa?"

            "Yang pasti impianku kan terkabul!" aku melompat. Berlari melewati wajahnya yang geram. Kebahagiaanku kini tiada tara.

            Telanjang kaki aku berlari menuju rumah. Membuka pintu tergesa-gesa. Dengan terengah-engah aku mencium gambaranku sewaktu kecil di dinding, mataku berbinar. Sebelum memeluk ibu erat, berteriak di kupingnya yang renta, "Aku akhirnya bisa membelikan ibu mobil!"

            Mobil yang aku harapkan sedari dulu. Tak pernah menyangka jika akhir cerita ini akan bahagia. Sebab sang pengarang jarang menuliskan akhir yang bahagia. Mungkin karya ini akan menjadi hal perdananya.

            Aku melihat ibu terbaring di depan dapur, panci masih mendidih menanak air. Mulutnya berbusa, kejang-kejang. Menyerbak aroma anyir dari arah sumur dan rebusan air panci. Aroma bensin. Sumur kami tercemar, bahagia sekali bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun