"Ibu sudah cukup senang. Bila anak-anakmu sudah pulang. Ibu hanya kangen dengan anak-anakmu."
Tak terasa. Bulir-bulir bening mengalir dari sudut mataku. Segera aku berhambur. Mendekap erat-erat tubuh itu. Sambil menciumi pipi. Serta kedua telapak tangan beliau.
"Maafkan saya, Bu. Belum bisa bahagiakan sampai saat ini". Tanpa terbendung. Tangisku pun pecah.
"Jangan nangis ah! Malu. Ibu tidak apa-apa kok. Masuk dulu. Belum shalat dhuha kan?" Satu pertanyaan wajib. Setiap aku pulang shift malam.
"Sudah, Bu. Tadi mampir ke masjid dulu. Ngepak kardus yang mau diambil petugas," kataku meyakinkan.
----------
"Assalamu'alaikum, Mi," sambil mataku memandang jauh ke pintu dapur.
"Mi..."
"Ya, Bi. Wa'alaikumussalam. Baru datang?"
"Nggak, Mi. Lumayanlah. Tadi sempat bicara dengan ibu di teras." Kemudian isteriku bergegas menghampiriku.
"Bi. Duduk dulu ya. Abi jangan marah!" Matanya nampak nanar menatapku. Kemudian aku hempaskan pantatku ke atas kasur.