"Burhan, hentikan kebiasaan burukmu mandi malam! Tidak lama kau terkena penyakit TBC jika keseringan mandi jam segini. Dimana ambil uang biayai ongkos rumah sakit jika kau sakit?!"
"Ah Bapak! Marah-marah terus!" celetuk Burhan.
Kadang kala uang dalam dompet yang disimpan dalam bufet sering lenyap dan ia tahu siapa yang mengambil uang itu. Suatu hari pada saat ada hajatan pesta, Lelaki Tua ingin meminjam celana hitam anaknya yang seukuran dengan pinggangnya. Tapi hari itu Burhan tak ada di rumah. Ia langsung masuk ke kamar anaknya membuka lemari. Sontak kaget saat menemukan alat make-up wanita di sela-sela lipatan baju dan sepasang beha di bawah lipatan celana.
Perbuatan Burhan masih dalam batas kewajaran, menurutnya, tapi kali ini kelakuannya sudah tak bisa lagi diampuni -- Sudah 3 bulan minggat dengan membawa kabur motor kesayangannya.
Kejadian nahas itu bermula saat Burhan menunggu Lelaki Tua tertidur pulas dan merencanakan tekadnya untuk minggat dari rumah. Tak kuat dengan stigma dan sindiran-sindiran warga pinggiran kota yang menghujat dirinya karena aib bagi lingkungan. Ditambah kelakuan Bapaknya yang sering mengeluarkan kata-kata mengiris hati. Malam itu pun ia melesat pergi membawa motor Honda Astrea keluaran 1992 beserta setumpuk pakaian dalam ransel.
"Cuih! aku tak sudi lagi tinggal disini." gumamnya pada diri sendiri.
Hanya burung hantu yang bertengger di atas pohon mangga yang melihatnya meninggalkan rumah.
***
Suatu ketika Lelaki Tua mendapat kabar dari Udin -tetangganya. Seorang satpam bank swasta tak jauh dari alun-alun. Jika kebetulan mendapatkan jadwal piket malam Udin sering melihat Burhan melintas ke alun-alun dengan penampilan seperti layaknya perempuan.
"Apa yang dia perbuat disana," ucapnya terdengar pelan.
"Betulkah gosip yang dikatakan orang-orang selama ini."