Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kenangan

15 Maret 2024   23:25 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:42 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan-badan jalan,

Spanduk dan baliho-baliho kota

Semerbak bau sampah jadi manusia-manusia

Berilalang-ilalang, menggoyangkan kepala

Raga, dan jiwa yang bersemayam pada sekaleng

bir yang tertinggal di sudut-sudut kos murah

Banal dan betapa binal kota tua

Liar macam kerasukan dewa

Antar kota kucari keping-keping nama

Di samping-samping tikus jalanan dan anjing-anjing gila

Angkot-angkot berkebutan saling susul

Mulut beruncingan mengucap anjing

Aku tersenyum-senyum

Setiap kata adalah nama, 

Nama yang dihalangi Selat Sunda yang berisik

Setiap daerah jadi berisik

Kecuali Cilegonku kan selalu harum

Bila darahku dapat tumpah jadi nama

Kubanjiri lautan dunia oleh darahku

Atau bila mungkin, Perumnas jadi sebuah kolam

Di tengah-tengah keramaian manusia, ada pulau berbentu hati dan cita-cita masa tua bersamanya

Andaikan aku telah pergi, orang datang mengunjungi kami, dan sepiring sate dan sup daging adalah artefak

Dua gelas es teh yang sedikit manis naskah lama berisi ludah-ludah perihal janji dan angan-angan

Dan sepotong senyum pemilik warung, adalah lukisan Da Vinci yang oenuh teka-teki saat ia mengetahui, aku dan dia tak pernah kembali.

Dia tak ada di batu nisan

Tak ada di museum

Melainkan di hari ini, esok dan yang pasti tiba

Derita tak kunjung sirna

Tapi oleh sebuah nama, ialah namamu

Deritaku jadi derita dan bahagiaku jadi bahagia

Aku gembira

Saat mata kubuka, ialah masa depan

Dan mata yang kututup adalah kecup di kening

Hati-hati di jalan, dan kenangan-kenangan yang akan datang, aku segera menyusul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun