Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rina Tertawa Sebelum Rudi Pergi

18 Juli 2021   19:13 Diperbarui: 18 Juli 2021   20:02 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rudi mengangguk, matanya tak membalas, sibuk melihat jalanan Moore Park yang ramai sore itu. Ramai sekali orang-orang berkaus hitam, beberapa di antaranya mengenakan kaus Iggy Pop & The Stooges yang akan manggung nanti malam di Houdern Pavilion. 

Begitupun aku, Joey Ramones dan kawan-kawan berpose di kausku lengkap dengan jaket hitam, jeans dan boost andalan. Dan Rudi mengenakan kaus Sex Pistols. Ia tak suka Ramones, bahkan ia membencinya. Katanya Ramones hanyalah sekumpulan orang-orang yang berpura-pura 'punk' demi popularitas. 

Lagu-lagunya pun tak mencerminkan punk yang sarat akan sindiran terhadap penguasa, selain cinta dan kegembiraan. "Punk macam apa itu!" katanya sambil tertawa, "Berbeda dengan Sex Pistols," mulainya, "mereka bermusik untuk menyadarkan orang-orang betapa tertindasnya kalangan bawah oleh sesuatu yang bernama sistem, dan penguasa yang hanya memikirkan dirinya sendiri sementara dunia sedang kacau pada saat itu".  

Aku tak membantah, karena memang benar, tetapi punk yang pada dasarnya hanyalah sebuah genre musik, pada akhirnya bertujuan untuk menghibur banyak orang. Dan aku suka punk bukan karena membenci pemerintah. 

Pemerintah buat apa dibenci, toh kita bukan siapa-siapa, dan aku tak melihat dampak apapun terhadap kehidupanku, kehidupan Rudi, dari lagu-lagu punk Indonesia yang menyindir pemerintah, mereka bahkan tak peduli.

Kami sering berdebat tentang itu, Ramones versus Sex Pistols. Dan tak satupun di antara kami saling mengalah, dan tujuannya pun sebenarnya bukan untuk mencari siapa yang lebih baik, melainkan hanya kesenangan kami saja sedari SMA. 

Tapi yang terpenting, ia telah meluluhkan aku di acara akhir sekolah kami dengan mengalah dan membawakan lagu 'I Wanna Be Your Boyfriend'-nya Ramones dengan teman-teman satu bandnya dulu. Dan itu membuat aku meleleh setengah mati, terlebih sebelum itu ia bilang lagu itu dibawakan khusus buatku.

Ketika turun dari mobil, kami langsung menyatu dengan keramaian. Orang-orang yang mengenakan kaus band yang sama saling menyapa. Kulihat Rudi sudah ditawarkan sekaleng bir oleh tiga orang anak muda berkaus Sex Pistols. 

Mereka berbincang-bincang agak lama, dan aku sedikit terasing, karena aku seorang yang mengenakan kaus Ramones, namun tampaknya tidak ada masalah, mereka asik-asik saja.

Setelah itu Rudi membelikanku Pepsi dan Hotdog, kami duduk di sebuah bangku panjang di tengah taman Moore Park sebelum orang-orang diperbolehkan masuk ke dalam aula. 

Ia lalu memberiku sebatang rokok, setelah melihatku tertunduk murung cukup lama. Ia benar, suasana hatiku benar-benar kacau saat itu, lantas aku menerimanya. Kami merokok berdua sambil menunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun