Tanpa disadari di era modern ini banyak individu, biasanya wanita yang menunjukkan gejala yang diantaranya memiliki kebutuhan akan perhatian yang besar. Mereka cenderung akan melakukan apapun untuk menjadi pusat perhatian dan akan merasa sedih, marah dan kesal bila tidak mendapatkannya. Contohnya, mereka dapat menunjukkan rasa senang atau bahagia yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang dan menjadi sangat marah saat seseorang tidak menyadari gaya rambut atau sepatu mereka yang baru. Gejala tersebut merupakan salah satu ciri dari munculnya histrionic personality disorder (HPD). Perbedaan individu normal dan individu dengan gangguan ini ialah dalam menunjukkan perasaannya, mereka cenderung memperlihatkan emosi yang berlebihan yang lebih bertujuan untuk memanipulasi orang lain daripada mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
Menurut American Psychiatric Association (APA) Histrionic Personality Disorder didefinisikan sebagai gangguan kepribadian yang ditandai dengan pola emosi yang berlebihan dalam mencari perhatian, termasuk perilaku seduktif yang tidak tepat dan kebutuhan yang berlebihan untuk penerimaan. Sedangkan menurut DSM IV-R, Histrionik itu dianggap sebagai sebuah pola emosi yang berlebihan dan kebiasaan mencari perhatian, termasuk kebutuhan akan persetujuan/pembenaran. Gangguan ini biasanya mulai terdiagnosa ketika gejala-gejala ini menjadi bersifat menetap dan sangat menyulitkan.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, mereka cenderung berperilaku menggoda secara seksual yang tidak pada tempatnya. Secara konsisten mereka menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian dari orang lain. Mereka cenderung impulsif, self-centered dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian.
Dalam berbicara, mereka hanya dapat berkomentar secara global tanpa dapat menggambarkan dengan jelas seperti apa maksud mereka. Terkadang mereka terlalu mengutamakan firasatnya. Mungkin di lingkungan sekitar kita ada orang yang sangat mudah mempercayai orang lain dan mudah diyakini tanpa melihat kenyataan. Anggapan dasarnya ialah mereka yakin bahwa orang tersebut memang bisa membantu memecahkan masalah mereka ataupun orang yang mereka rasa memiliki kedekatan lebih.
Dalam menjalin hubungan, mereka mudah dalam menunjukkan rasa sayang. Mereka sering menggambarkan seolah-olah memiliki hubungan yang spesial, namun pada kenyataannya tidak. Mereka mungkin memiliki kesulitan untuk mencapai keintiman emosional. Tanpa disadari, mereka sering bertindak diluar perannya. Misalnya mereka akan merasa menjadi korban saat orang lain mengecewakan mereka atau saat hubungannya gagal. Dengan demikian, mereka tidak mampu untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama dengan orang lain.
Biasanya gangguan ini dimulai pada masa dewasa awal yang mungkin muncul di berbagai macam konteks sosial dan memang lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.
KRITERIA/CIRI-CIRI
Orang dengan histrionic mempunyai beberapa ciri-ciri atau kriteria umum berdasarkan kriteria DSM IV-TR terdapat delapan ciri-ciri, yaitu:
Tidak merasa nyaman ketika ia tidak menjadi pusat perhatian dan akan berusaha mencari perhatian dari orang lain (self-centeredness)
Bertingkah laku tertentu untuk menjai pusat perhatian dengan perilaku yang bisa membangkitkan hasrat sekusal orang lain yang melihatnya
Ia bisa menampilkan ekspresi pura-pura dan bisa mengubah ekspresi emosi dengan cepat untuk memberi perhatian pada orang lain
Selalu memakai segala sesuatu (pakaian/dandanan) yang mencolok untuk mendapatkan perhatian dari orang lain
Berbicara spontan dengan gaya bahasa tertentu untuk memberikan kesan kepada orang lain
Suka mendramatisir suatu keadaan secara berlebihan bahkan berbohong hanya untuk meyakinkan orang lain dan menampilkan ekspresi emosi yang berlebihan.
Pendapat-pendapatnya mudah dipengaruhi oleh orang lain tetapi sulit untuk menjelaskan secara detail tentang pendapat itu dan ia sensitif terhadap kritikan dan penolakan
Menganggap bahwa suatu hubungan menjadi lebih intim dari yang sebenarnya
Â
PENYEBAB
Penyebab gangguan histrionic sebenarnya masih belum jelas namun kebanyakan ahli psikiatri menganggap bahwa gangguan ini disebabkan oleh faktor genetis dan pengalaman saat masa kanan-kanak.
Dari perpektif psikososiokultural, Belum jelas penyebab gangguan kepribadian histrionik secara sosio kultural. Namun seperti semua gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian histrionik adalah pola perilaku tertanam dan abadi sebagai respon yang fleksibel untuk berbagai situasi pribadi dan sosial. Perilaku ini merupakan penyimpangan ekstrim dan signifikan dari rata-rata cara individu dalam suatu budaya tertentu berhubungan dengan orang lain. Mereka cenderung suka menarik perhatian dengan cara yang berlebihan, memanipulasi orang lain, dan juga mempunyai emosi yang tidak stabil serta impulsif. Gangguan ini mungkin muncul pada budaya yang bebas dalam menampilkan ekspresi emosinya. Orang dengan gangguan histrionic yang kurang mendapatkan kritik atau hukuman saat masa kanak-kanak dan perhatian atau peola asuh yang tidak tentu dan berubah-ubah dari orang tua bisa membuat kebingungan pada anak mengenai perilaku apa yang boleh dan baik untuk dilakukan.
Dalam perspektif humanistik, penderita gangguan ini memiliki self-esteem rendah dan berjuang untuk memberi kesan pada orang lain untuk meningkatkan self-worth mereka. Sedangkan menurut perspektif interpersonal, mereka akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan perhatian walaupun tidak dapat menjalin relasi yang mendalam dengan lingkungan.
Menurut Gender-Related Diagnostic Issues, gangguan ini telah didiagnosis lebih sering terjadi pada wanita dengan rasio perbandingan yang tidak berbeda secara signifikan. Meskipun sangat kontroversial, namun sebagian besar ciri-ciri yang terjadi lebih sering muncul pada wanita. Ciri tersebut diantaranya memusatkan pada penampilan fisik, dramatisasi, menunjukkan emosi secara berlebih, yang secara otomatis meningkatkan kemungkinan bahwa perempuan akan lebih banyak memiliki kecenderungan gangguan ini. Gangguan kepribadian histrionic pada pria mempunyai gejala yang sama lebih cenderung didiagnosa sebagai gangguan kepribadian antisosial. Kemungkinan hal ini terjadi karena pada pria histrionic cenderung untuk menarik diri dari lingkungan sosial dibandingkan wanita histrionic.
Dari perpektif biologis, hal ini disebabkan oleh faktor genetis dimana jika orang tua menunjukkan gejala tersebut, maka anaknya memiliki resiko mewarisinya. Ciri-ciri karakter lainnya disebabkan oleh kombinasi fenotip dari genetika dan lingkungan.
Â
PREVENSI
Terdapat tiga macam prevensi yang dapat digunakan untuk menagani gangguan ini, diantaranya:
1.     Prevensi Primer
Untuk mempelajari kondisi yang mungkin mempengaruhi munculnya gangguan ini, hal yang dapat dilakukan adalah membantu anggota keluarga untuk mengenali pola reaktif meluasnya emosi antara individu dengan gangguan histrionic.
2.     Prevensi Sekunder
Diagnosis dini dapat dilakukan dengan mendidik orang-orang khususnya para professional kesehatan mental tentang karakter orang dengan HPD sangat diperlukan karena mungkin beberapa kasus ringan perilaku dramatis berkembang menjadi full-blown kasus maladaptive HPD. Penelitian lebih lanjut dalam pencegahan ini diperlukan untuk menyelidiki hubungan antara variabel-variabel seperti usia, jenis kelamin, budaya dan etnisitas dengan HPD.
3.     Prevensi Tersier
Untuk seseorang yang mengalami HPD dapat diberikan pengobatan seperti pengkombinasian terapi dan penggunaan obat. Penggunaan obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan kepribadian, seperti gejala psikotik, kecemasan dan depresi sudah memasuki level menengah atau parah. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah obat-obatan pentstabil suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin (antidepresan). Sedangkan dari segi terapi, para terapis yang menggunakan teknik kognitif-perilaku dapat menolong klien mengembangkan cara yang lebih efektif dalam melakukan pendekatan masalah dan situasi. Terapis bekerja dengan klien yang terfokus pada tujuan dan akan mengajarkan mereka bagaimana berpikir lebih tepat dan objektif. Dengan mengambil pendekatan tersebut, para terapis mempraktikan perilaku menyelesaikan masalah dengan baik dan memberi klien pertologan praktis dalam menangani berbagai masalah kehidupan. Para klien belajar strategi pemantauan diri sendiri untuk menjaga kecenderungan impulsive mereka, kemampuan mengembangkan hubungan interpersonal. namun dalam penanganan ini terdapat hambatan yaitu sifat tertutup dari klien yang akan mempengaruhi keberhasilan penyembuhan ini. Karena keberhasilan proses penyembuhan tergantung dari motivasi klien itu sendiri.
Â
Sumber :
http://www.mentalhealth.com/home/dx/histrionicpersonality.html
Millon, Theodore. (2000) Personality Disorders in Modern Life. US: Johnwiley & Sons, Inc.
Â
Ditulis oleh:
Nurwahidah Ulfah (10050013187)
Riries Trisnawati (10050013199)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI