Dari perpektif psikososiokultural, Belum jelas penyebab gangguan kepribadian histrionik secara sosio kultural. Namun seperti semua gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian histrionik adalah pola perilaku tertanam dan abadi sebagai respon yang fleksibel untuk berbagai situasi pribadi dan sosial. Perilaku ini merupakan penyimpangan ekstrim dan signifikan dari rata-rata cara individu dalam suatu budaya tertentu berhubungan dengan orang lain. Mereka cenderung suka menarik perhatian dengan cara yang berlebihan, memanipulasi orang lain, dan juga mempunyai emosi yang tidak stabil serta impulsif. Gangguan ini mungkin muncul pada budaya yang bebas dalam menampilkan ekspresi emosinya. Orang dengan gangguan histrionic yang kurang mendapatkan kritik atau hukuman saat masa kanak-kanak dan perhatian atau peola asuh yang tidak tentu dan berubah-ubah dari orang tua bisa membuat kebingungan pada anak mengenai perilaku apa yang boleh dan baik untuk dilakukan.
Dalam perspektif humanistik, penderita gangguan ini memiliki self-esteem rendah dan berjuang untuk memberi kesan pada orang lain untuk meningkatkan self-worth mereka. Sedangkan menurut perspektif interpersonal, mereka akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan perhatian walaupun tidak dapat menjalin relasi yang mendalam dengan lingkungan.
Menurut Gender-Related Diagnostic Issues, gangguan ini telah didiagnosis lebih sering terjadi pada wanita dengan rasio perbandingan yang tidak berbeda secara signifikan. Meskipun sangat kontroversial, namun sebagian besar ciri-ciri yang terjadi lebih sering muncul pada wanita. Ciri tersebut diantaranya memusatkan pada penampilan fisik, dramatisasi, menunjukkan emosi secara berlebih, yang secara otomatis meningkatkan kemungkinan bahwa perempuan akan lebih banyak memiliki kecenderungan gangguan ini. Gangguan kepribadian histrionic pada pria mempunyai gejala yang sama lebih cenderung didiagnosa sebagai gangguan kepribadian antisosial. Kemungkinan hal ini terjadi karena pada pria histrionic cenderung untuk menarik diri dari lingkungan sosial dibandingkan wanita histrionic.
Dari perpektif biologis, hal ini disebabkan oleh faktor genetis dimana jika orang tua menunjukkan gejala tersebut, maka anaknya memiliki resiko mewarisinya. Ciri-ciri karakter lainnya disebabkan oleh kombinasi fenotip dari genetika dan lingkungan.
Â
PREVENSI
Terdapat tiga macam prevensi yang dapat digunakan untuk menagani gangguan ini, diantaranya:
1.     Prevensi Primer
Untuk mempelajari kondisi yang mungkin mempengaruhi munculnya gangguan ini, hal yang dapat dilakukan adalah membantu anggota keluarga untuk mengenali pola reaktif meluasnya emosi antara individu dengan gangguan histrionic.
2.     Prevensi Sekunder
Diagnosis dini dapat dilakukan dengan mendidik orang-orang khususnya para professional kesehatan mental tentang karakter orang dengan HPD sangat diperlukan karena mungkin beberapa kasus ringan perilaku dramatis berkembang menjadi full-blown kasus maladaptive HPD. Penelitian lebih lanjut dalam pencegahan ini diperlukan untuk menyelidiki hubungan antara variabel-variabel seperti usia, jenis kelamin, budaya dan etnisitas dengan HPD.