Dibacakan juga bahwa Kemendikbud akan mengangkat aturan yang berhubungan dengan TBM dengan perumpamaan paying hokum dalam peningkatan perkembangan gerapa literasi di negara ini. Juga mewajibkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di setiap provinsi dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Festival Literasi di daerah dengan Forum TBM dan penggiat Letirasi pertahunnya. Juga memberikan penghargaan kepada kepala desa/kabupaten yang merupakan pihak dari perkembangan gerakan literasi pada daerahnya masing-masing.Â
Hal-hal ini disebutkan untuk memberi pengaruh dorongan dalam menciptakan ide-ide perkembangan gerakan literasi melalui kompetisi maupun kreasi, juga agar dapat mendorong adanya kolaborasi dari Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga dan Gerakan Literasi Masyarakat dengan tujuan melihat jenis keterampilan keaksaraan yang dibutuhkan dalam menavigasi masyarakat dan mengeksplorasi kebijakan keaksaraan yang efektif.Â
Tidak hanya Firman, Harris Iskandar selaku Dirjen telah mengatakan Peringatan HAI yang dirayakan seluruh warga dunia merupakan kesempatan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat untuk menyoroti peningkatan tingkat melek huruf di dunia, dan merenungkan tantangan keaksaraan yang tersisa di dunia.Â
Ia juga menyimpulkan bahwa Kemendikbud telah meurumuskan upaya penuntasan buta aksara dengan memperioritaskan dalam hal; daerah-daerah merah (kabupaten/kota yang memiliki presentase buta aksara diatas 4%), Komunitas adat terpencil/khusus, juga daerah tertinggal, terdepan dan terluar (daerah 3T). Meningkatnya kapasitas juga kompetisi tutor pendidikan keaksaraan, memberikan layanan program melalui aplikasi daring sibopaksara.kemdikbud.go.id.Â
Pada akhir sambutannya, Kemendikbud melanturkan ucapan terima kasih kepada jajaran Pemerintah Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang telah bersedia menjadi tuan rumah dalam merayakan puncak peringatan Hari Aksara Indonesia (HAI) ke-53 tahun 2018.Â
Â
Literasi Budaya
Istilah literasi berakar kepada bahasan latin yang disebut sebagai Literatus yang artinya adalah orang yang belajar. Kemudian muncul banyak istilah baru yang bermunculan dari berbagai macam organisasi humanis seperti National Institute for Literacy yang lanjut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi tersebut adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, dan memecahkan persoalan pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam kehidupan sosial di lingkungan pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.
 Lebih lanjut lagi, UNESCO menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari mana keterampilan tersebut diperoleh, dan dengan cara apa keterampilan tersebut diperoleh.Â
Pemahaman seseorang mengenai literasi ini banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti kompetensi masing masing individu pada bidang akademik, konteks kenegaraan, serta nilai nilai budaya yang diadopsi masyarakat, serta pengalaman pada masing masing individu yang terkait.
Telah banyak juga klasifikasi dan jenis literasi yang tercipta, seperti contoh dibawah ini: