Mohon tunggu...
Nurul Windi Winayanti
Nurul Windi Winayanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bila kau merasa dunia terlalu gelap, semoga kau bisa menjadi nyala yang tidak hanya memberi terang, namun juga kehangatan. Sebab dunia tak selalu memberikan yang kita inginkan, namun selalu menginspirasi kita untuk mengisi kekosongan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Rembulan

29 November 2022   08:45 Diperbarui: 29 November 2022   09:10 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua wanita itu bercakap-cakap dengan hangat seakan mereka adalah dua makhluk yang pernah dipertemukan sebelumnya.

"nak, ternyata kamu adalah wanita cantik seperti yang pernah diceritakan Bayu dan para pemuda di desa ini. Bayu telah banyak bercerita tentangmu tapi ibu baru memiliki kesempatan bertemu denganmu kali ini. Ternyata kamu lebih cantik dari yang ibu bayangkan".

"jangan seperti itu bu, ibu juga seorang wanita yang cantik, terbukti walaupun sudah tua ibu masih terlihat cantik".

Mereka kemudian tersenyum.

            Beberapa hari berlalu, Darma dikabarkan telah meninggal karena serangan jantung saat menerima kabar bahwa Badrun tidak menemuka Rembulan. Berta itu akhirnya tiba juga di telinga ibu Bayu.

            "nak bapakmu meninggal, tapi mengapa kamu tidak melayatnya?"

Mandengar perkataan ibu Bayu Rembulan mulai terisak dan menceritakan seluruh kisah hidupnya. Mendengar cerita Rembulan, ibu Bayu tersentuh. Tetes-tetes embun mulai keluar dari sudut matanya yang senja.

"menikahlah degan Bayu nak, aku merestuimu. Ibu akan menyampaikan hal ini kepada bayu".

Sore itu, matahari mulai tenggelam dan meninggalkan rona jingga di ufuk barat. Air laut yang jernih kini berwarna biru ke kuning-kuningan. Burung manyar terbang. Bercengkrama dengan waktu.

            "kamu sudah pulang Bayu?"

            "iya, baru saja sampai"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun