Sekarang ini Pesantren Balekambang diasuh oleh KH. Ma'mun Abdullah putera KH. Abdullah Hadziq. Di bawah asuhan KH. Ma'mun, Pesantren Balekambang mengalami perkembangan pesat dengan mulai mengadopsi sistem pendidikan modern. (Pesantren Balekambang, 2021)
Modernisasi pendidikan dimaksudkan mampu menciptakan lembaga pendidikan yang mempunyai identitas kultural yang lebih sejati sebagai konsep pendidikan masyarakat Indonesia baru yang di dalamnya juga akan ditemukan nilai-nilai Universalitas Islam yang mampu melahirkan suatu peradaban masyarakat Indonesia masa depan.
Di sisi lain, lembaga ini juga mencirikan keaslian indegenous Indonesia, karena secara kultural terlahir dari budaya Indonesia yang asli. Konsep inilah sepertinya yang relevan dengan konsep pendidikan untuk menyongsong masyarakat madani. Upaya modernisasi ini dengan jelas berlandaskan platform kemoderenan yang berakar dalam ke Indonesiaan dengan dilandasi keimanan. (Mukri, S. G, 2013)
Dengan upaya modernisasi pendidikan di Indonesia, maka terbuka peluang kembali untuk melirik lembaga pesantren sebagai institusi pendidikan yang lahir dari budaya Indonesia asli. Sistem pendidikan kolonial yang telah ada sangat jauh berbeda dengan sistem pendidikan pesantren yang tidak tepat jika dijadikan model bagi pendidikan masa depan dalam rangka menyongsong Indonesia "baru" yang berdimensi keislaman, keilmuan, dan ke Indonesiaan.
Sejak awal kemunculannya, sistem pendidikan kolonial hanya terpusat pada pengetahuan dan keterampilan duniawi, yaitu pendidikan umum. ''PONPES dari dulu terus menyesuaikan era modern tetapi tidak meninggalkan sisi dari PONPES itu sendiri yaitu lebih memprioritaskan agama dan moral.
Seiring berkembangnya zaman PONPES Roudlotul Mubtadiin Balekambang juga telah membangun kampus yaitu Ma'had Aly dan Politeknik Balekambang'' (Dwi Fania, Alumni PONPES Roudlotul Mubtadiin Balekambang, 2022)
Gambar 4 Metode Modern di Pondok Pesantren Balekambang
Ada beberapa kecenderungan-kecenderungan baru di Pondok Pesantren dalam rangka inovasi terhadap sistem yang selama ini digunakan yaitu: pertama, mulai akrab dengan metodologi modern. Kedua, semakin berorientasi pada pendidikan yang fungsional, artinya terbuka atas perkembangan di luar dirinya.
Ketiga, diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka dan ketergantungannya dengan kiai tidak absolut dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata pelajaran agama maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan kerja. Keempat, pusat pengembangan masyarakat.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut bukan berarti pondok pesantren telah menduduki posisi sebagai lembaga yang paling ideal, tetapi di tengah-tengah arus perubahan sosial-budaya justru kecenderungan tersebut menjadi masalah baru yang perlu di pecahkan yaitu: pertama, masalah integrasi pondok pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional.