Tumbangnya banyak media--cetak dan mungkin juga online--masih disebabkan karena menurunnya performa bisnis mereka. Tidak peduli seberapa besar dan dikenalnya media tersebut. Seperti yang terjadi baru-baru ini.
Selain commercial value, Kompasiana memiliki social value yang sangat melekat kuat terutama dalam hal engagement dengan pengguna dan komunitas.
Hal inilah yang menjadi modal dalam pengelolaan Kompasiana ke depannya .
Di satu sisi Kompasiana harus pandai memonetasi produknya, di sisi lain Kompasiana harus cermat mengelola aset seperti users, content dan community.
Penulis buku Hooked: How to Build Habit-Forming Products Nir Eyal di situs nirandfar.com menyingkap banyak realita.
Di situ, diceritakan kegagalan sebuah produk bernama Mahalo. Platform digital berbasis forum tanya-jawab itu terlalu optimis dan tanpa perhitungan yang matang menerapkan konsep gamification kepada tiap penggunanya yang berkontribusi.
Di tahun-tahun pertama, platform tersebut memiliki pertumbuhan konten dan pengguna yang sangat besar. Namun, pertumbuhan tersebut tidak bertahan lama dan berujung negatif.
Berbeda dengan Quora, platform sejenis yang tumbuh perlahan dan terus berkembang. Ia memiliki cara yang "humanis". Tidak semua diiming-imingi dengan “cash”. Meski sangat diperlukan, reward berupa “cash” harus dikombinasikan dengan social rewards yang valuable tanpa sedikitpun mereduksi yang sudah ada selama ini.
Sebagai sebuah produk, Kompasiana tentunya akan fokus kepada pengembangan sistem dan teknologi yang menjadi tulang punggung untuk mengatrol performa produk dan bisnisnya.
Selain itu, Kompasiana akan menjadi melting pot bagi para content creator dan sejatinya menjadi playground untuk komunitas.
10 tahun bukanlah waktu yang singkat dan mudah bagi perjalanan sebuah produk seperti Kompasiana. Ia masih tumbuh dan terus berkembang seperti sekarang pun sudah menjadi pencapaian yang luar biasa.